Kamis, 03 November 2016

15 Hal tentang DPR yang Tidak Diungkap Media

  1. DPR punya lapangan sepak bola. Sesekali pernah dipakai konser, dan pengajian akbar.
  2. Rapat di DPR sering kali tidak ontime. (Baru tau kan?)
  3. Ketika menunggu dimulainya rapat, ada anggota DPR yang memutarkan lagu dari ponselnya dan diperkeras melalui speaker.
    • 5 menit pertama lagu lawas lokal.
    • 5 menit kedua lagu India.
    Ada keinginan gue untuk mengajak beliau lari-lari sambil joget di lapangan bola, kebetulan saat itu sedang hujan rintik-rintik, dan kebetulan juga ada pohon di lapangan tersebut. Namun niat itu gue urungkan.

    Karena lapangannya lagi dipakai pengajian.
  4. Saat rapat hingga lewat tengah malam dan ada jeda ketika diskors, beberapa anggota merokok di ruangan tempat rapat berlangsung. Salah seorang anggota, gue lihat dia memakai pipa rokok, sepanjang ± 20 cm. Tapi gue bisa pastikan bahwa itu bukan pipa paralon, apalagi gorong-gorong.


  5. Ada satu rapat, yang muncul perdebatan cukup alot, baik antara DPR dengan Mitra Kerja, juga sesama anggota DPR. Rapat tersebut menghabiskan waktu berjam-jam bahkan hingga larut malam, untuk mencari jalan keluar sebagai win-win solution. Semua pihak menyampaikan argumennya masing-masing agar meyakinkan pihak yang berbeda pandangannya. Dari balkon, wartawan yang tersisa merasa kesal karena semuanya terkesan tidak ada yang mau mengalah. Disaat terjadi kebuntuan tersebut, pimpinan rapat tiba-tiba berkata Jadi, ini masalahnya apa?”


  6. Tempat ngopi di DPR, ada 3:
    • Bengawan Solo (Coffee Shop), harganya mulai dari Rp 22.500,-
    Biasanya dikunjungi Tenaga ahli, staf mitra kerja, juga anggota DPR.
    • Toserba (Toko Serba Ada), harganya serba Rp 7.000,- (menggunakan mesin Nescafe)
    Biasanya dikunjungi karyawan DPR, wartawan, dll.
    • Warung kopi (Bukan Coffee Shop) basement, harganya serba Rp 3.000,- (kopi sachet)
    Biasa dikunjungi Pamdal, Supir dan yang ‘merasa sudah terlalu sering beli di Toserba’.


  7. Ada seorang reporter yang memberanikan diri mengunjungi Bengawan Solo sebagai penebusan dari rasa penasarannya. Dari menu list yang ada, pilihannya jatuh pada harga kopi paling murah, yakni Rp 22.500,-. Namun kabar buruk menimpanya, kenyataan berkata lain, pelayan mengatakan bahwa kopi yang dimaksud tidak tersedia. Lantas, ketimbang malu membatalkan pembelian, reporter tersebut terpaksa mengambil pilihan kedua, yaitu kopi yang harganya paling murah berikutnya, yaitu Rp 35.000! Harga tersebut sama dengan 5 kali beli kopi di Toserba atau 11 kali ngopi di basement.
      
    Kunjungan tersebut menjadi yang pertama, dan terakhir bagi dia.
    Dia adalah yang menulis cerita ini. Iya, gue. APALO?!
  8. Jumlah tandatangan anggota DPR pada daftar hadir selalu lebih banyak dibanding penampakannya saat rapat berlangsung.
  9. Ada kejadian, beberapa saat sebelum rapat dimulai, dari balkon wartawan terlihat seorang tenaga ahli dari anggota DPR menghampiri meja tempat daftar hadir. Dan gue dengar:
    TA: Pa, Ibu lagi sakit nih.
    SK: Sakit apa?                    
    TA: Biasa, ‘sakit-sakitan’.
    Keduanya tertawa ngikik. Lalu Sang TA menandatangani daftar hadir, mengambil materi rapat dan pergi meninggalkan ruang rapat.
                                                            
    Sebagai Mahasiswa kita mengenal itu: titip absen.
  10. DPR membagikan makan bagi wartawan*

    *syarat dan ketentuan berlaku, yaitu: Jika makanan yang diperuntukan bagi anggota DPR tersisa banyak.

    Sejauh ini, perhitungan pihak catering DPR selalu akurat.
    Jadi probabolitas wartawan dapat makan di DPR sebesar 0,01.
  11. Rapat yang cukup alot terjadi di sebuah Komisi di DPR. Menteri yang menjadi mitra pada rapat tersebut terlihat meninggalkan ruang rapat menuju toilet, mungkin sekedar untuk menghilangkan penat sesaat karena rapat tidak juga menemukan kesepakatan. Saat akan kembali memasuki ruang rapat, beliau menghampiri seorang reporter yang duduk lesehan di samping meja dan berkata “Mba, emang ngerti yang lagi dibahas apa? Saya aja gak ngerti” Sang reporter hanya membalasnya dengan senyuman.

    Coba kalau yang ditanya adalah gue. Gue dengan bangga akan menjawab:
    Ya ngerti lah Pak, memangnya Bapak gak ngerti ya? Kalau gitu sini biar saya saja yang jadi Menteri, Bapak duduk disini, gantiin saya meliput ya”. Lalu saya duduk di kursi Menteri.

    Tapi itu tidak terjadi, karena yang ditanya bukan gue.
  12. Ada sebuah media yang secara khusus meliput seluruh rapat di DPR, dan memberi kesempatan kepada siapapun untuk terlibat di dalamnya, dengan sebuah tujuan yaitu merekam jejak wakil rakyat.
  13. Media tersebut bernama WIKIDPR.org. Mulai tanggal 1-30 November 2016 membuka kesempatan bagi siapapun untuk bergabung. Link pendaftaran:  
  14. Banyak kesempatan yang bisa didapat, saat meliput di DPR:
    • Bisa masuk ke DPR. (Wow, kan?)
    • Punya networking dengan reporter lain, baik media online, cetak maupun TV.
    • Mewawancarai Anggota DPR dan Menteri secara langsung.
    • Menjadi pihak pertama yang tahu hot issue di DPR, sehingga berita online seakan tidak penting lagi untukmu “Oh berita ini, yealah ini mah yang gue liput kemaren
    • Memperdalam bidang yang sesuai dengan jurusan kuliah. Jadi saat dosen ngasih penjelasan yang tidak up to date, bisa disanggah “Tapi Bu/Pak, berdasarkan rapat di DPR, komisi...”
    • Main bola lawan anggota DPR.
    • Ke rooftop gedung DPR.
    • Duduk di Balkon ruang rapat.
    • Ketemu Venna Melinda, Desy Ratnasari, Arzetty Bilbina, Meutya Hafid, Moreno Soeprapto, Lucky Hakim, bahkan Panji Manusia Millenium.
      

  15. Kita bertemu di DPR, ya!

Jumat, 28 Oktober 2016

Lewat Balikpapan atau Tarakan, Pulau Derawan Tetap Menawan

Indonesia itu kaya!

Bagi beberapa traveler, kalimat itu bukan hanya sebuah slogan atau ekspresi justifikasi, tapi memang kenyataan. Kekayaan wisata dan alam Indonesia nggak hanya dinikmati dan diakui oleh traveler lokal tapi juga mancanegara! Dari Sabang sampai Merauke, selalu aja ada hal yang bisa membuat kita jatuh cinta sama Indonesia. Wisatanya, kekayaan alamnya, keramahan masyarakatnya, budayanya, hingga kulinernya begitu beragam sehingga banyak membuat pengunjung terkesan dan mengagendakan ulang kunjungan berikutnya.

Baru-baru ini ada seorang turis Norwegia bernama Audun Kvitland, yang jatuh cinta sama Nasi Padang dan menginspirasinya untuk membuat sebuah lagu dari masakan—yang katanya sederhana—tersebut. Hasilnya? Viral dan bikin heboh dunia maya! Sungguh sebuah strategi marketing yang amat jenius dan tentu tanpa mengeluarkan biaya sepeser pun.

diambil dari thejakartapost.com
Semoga selanjutnya ada bule lain yang hendak membuat lagu bertemakan Tahu Bulat, ya.

Iya, yang limaratusan. Dan digoreng dadakan itu.

Jika orang luar negeri aja jatuh cinta sama Indonesia, masa lo nggak?

Buat yang masih penasaran betapa kayanya potensi wisata dan alam Indonesia tercinta, mungkin bisa segera jadwalkan waktu dan atur budget untuk traveling menikmati betapa indah dan kayanya bumi pertiwi. Salah satu tempat yang layak banget dikunjungi adalah sebuah tempat menawan di Kalimantan Timur.

Saking indahnya taman bawah laut di tempat ini, lo gak bisa bedain antara tempat ini dengan wallpaper kualitas HD yang sering dijadiin desktop background di laptop atau PC. Fakta keren lainnya, tempat wisata ini juga telah didaftarkan menjadi situs warisan dunia UNESCO.

Perkenalkan, inilah Pulau Derawan!

diambil dari ku2h.com

S
ecara geografis, Pulau Derawan letaknya ada di Semenanjung Utara Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Tempat wisata ini memang andalannya Kabupaten Berau. Dengan ekosistem bawah laut yang masih terjaga dan cukup indah, Pulau Derawan menawarkan spot diving yang bakal memanjakan mata para penyelam. Mungkin saking jernihnya air di tempat ini, pribahasa sambil menyelam minum air itu lahirnya dari sini. 

diambil dari telusurindonesia.com

Selain ekosistem bawah lautnya yang sangat indah, di Pulau Derawan juga terdapat terumbu karang, hutan mangrove, padang lamun, dan berbagai spesies seperti penyu hijau, penyu sisik, lumba-lumba, paus, kima, serta ikan barakuda. Beberapa diantaranya merupakan spesies yang dilindungi.

Bagi beberapa traveler yang pernah berkunjung ke Pulau Derawan, transportasi menjadi catatan khusus saat kesana karena biaya transportasi yang dikeluarkan gak sedikit, kecuali kalau lo memang masih bagian dari keluarga besar Bakrie. Keterbatasan akses menuju lokasi menjadi salah satu penyebab mengapa biaya transportasi yang dikeluarkan cukup mahal. Pada akhirnya banyak yang menempuh jalur instan dengan memakai jasa tour & travel.

Kalau lo ingin berkunjung ke Pulau Derawan tanpa menggunakan jasa tour & travel, rute transportasi berikut ini bisa dijadikan rekomendasi rujukan. Ada dua pilihan, bisa melalui Balikpapan atau Tarakan, yang pasti keindahan Pulau Derawan akan tetap menawan!

Via Balikpapan
Rute pertama yang bisa lo pilih adalah via Balikpapan. Jika melihat rute penerbangan Kalstar Air, terdapat pilihan flight Jakarta – Balikpapan. Dari Balikpapan, lo harus melanjutkan perjalan menuju Berau dengan pesawat kecil. Estimasi waktu tempuh kurang lebih 30 menit. Dari bandara di Berau, lo bisa naik taksi atau kendaraan pribadi jenis Kijang menuju Tanjung Batu. Perjalanan darat tersebut menghabiskan waktu kurang lebih 2 jam. Barulah setelah itu menyeberang dengan menggunakan speedboat untuk sampai ke Pulau Derawan!

Jika dirincikan, berikut prakiraan biaya transportasi yang harus lo keluarkan:
• Tiket Pesawat Jakarta - Balikpapan Rp 750.000
• Tiket Pesawat Kecil Balikpapan - Berau Rp 300.000
• Angkot menuju Tanjung Batu Rp 70.000
• Speedboat Tanjung Batu - Pulau Derawan Rp 50.000
Total Rp1.170.000 (Total biaya satu kali perjalanan)
*harga tersebut dapat berubah sewaktu-waktu

Via Tarakan
Selain melalui Balikpapan, rute transportasi lainnya yang dapat lo pilih untuk ke Pulau Derawan adalah via Tarakan. Dari Jakarta memilih flight Jakarta-Tarakan. Setelah sampai di Bandara Internasional Juwata, Tarakan, lo harus melanjutkan perjalanan dengan menggunakan taksi menuju Pelabuhan Tengkayu (tempat penyeberangan menuju Pulau Derawan). Waktu yang ditempuh dari bandara menuju pelabuhan kurang lebih 15 menit.  

Dari Pelabuhan Tengkayu untuk menyebrang ke Pulau Derawan harus menggunakan speedboat dengan estimasi waktu tempuh sekitar 4 jam. Jika dirincikan, berikut prakiraan biaya yang harus dikeluarkan jika memilih rute transportasi via Tarakan:
• Tiket Pesawat Jakarta - Tarakan Rp 700.000
• Taxi dari Bandara ke Pelabuhan Rp 50.000
• Speedboat Pelabuhan Tengkayu - Pulau Derawan Rp 250.000
Total Rp1.000.000 (Total biaya satu kali perjalanan)
*harga tersebut dapat berubah sewaktu-waktu

Itulah beberapa pilihan rute transportasi dan prakiraan biaya yang harus lo keluarkan untuk menuju Pulau Derawan. Terserah atur aja, mau lewat Balikpapan atau Tarakan? Yang pasti Pulau Derawan tetap menawan!



Catatan seorang kawan,

Rifaldi Fathurrohman.

Temennya Wawan.

Kamis, 22 September 2016

Betapa Inginnya Menjadi Youtuber

Budi, nanti kalau sudah besar mau jadi apa?

Youtuber, Bu Guru

Apakah zaman tersebut sudah dimulai?

Diambil dari maxmanroe.com
Bukan apa-apa, sekarang saja, selama liputan di DPR yang hampir memasuki bulan kedua, baik dari pemeritahan maupun dari kalangan dewan sendiri, banyak yang secara kinerja gak layak. Banyak jabatan yang ditempati bukan oleh orang yang kapasitasnya cocok. Maka Do’a terbesar gue adalah, semoga suatu saat nanti, ketika generasi Youtubers kayak Young Lex, AwKarin dan kawanannya―yang mana adalah generasi yang sama dengan gue―memimpin Negeri ini, gue sudah berada pada taraf hidup yang nyaman. Sehingga dari jauh bisa bilang “Udah, kelar ini”.

Tapi memang menjadi Youtuber itu secara finansial menjanjikan. Puluhan juta dalam sebulan dan dengan popularitas tinggi, siapa yang nggak pengin? Nominalnya sih gue pengin, tapi urusan terkenal, ntar dulu. Btw, vlogger itu youtuber bukan? Kenapa perdebatan gak penting ini juga harus ada sih. Sejujurnya gue ingin bikin konten di Youtube, mungkin bukan berupa vlog, selain karena kegiatan gue yang kurang menarik untuk diikuti―kalau gak di Kampus ya di DPR―gak kayak Ario Pratomo, atau pemikiran unik dan lucu kayak Adriano Qalbi atau juga cewek secantik Pamela Bowie, juga karena minimnya fasilitas.

Makanya gue ajak temen gue untuk bikin sebuah Channel Youtube. Saat melihat video orang dan merasa bisa bikin yang lebih baik, itu perlu dibuktikan, jangan hanya berhenti di ‘merasa’ saja. Saat ini yang kepikiran baru nama dan skrip untuk video pertama. Selanjutnya? Kita serahkan kepada Tuhan yang Maha Esa, semoga rencana ini tidak berakhir wacana. Kalau kata Adriano Qalbi, salah satu comic favorit gue, “tiap orang itu harus punya output”. Ya, kalau inputnya gue dapat dari sekolah, bacaan atau tontonan, ini akan jadi salah satu output gue. Untuk langkah awal kita sadar bahwa fasilitas juga harus mendukung, tapi karena gak sendiri, dari segi anggaran menjadi agak ringan. Kamera dan shotgun mic sudah siap. Tinggal cari koleksi tripod kamera terbaik, tapi terjangkau.
 

Menurut gue, mencoba berkarya dan terus menambah pengalaman bisa juga berjalan beriringan. Karya bisa dalam banyak artian, pengalaman juga bisa didapat dalam banyak kegiatan. Untuk program ‘Campus Ambassador’ aja sekarang udah banyak banget, salah satunya yang lagi diikuti temen gue yaitu programnya MatahariMall.com. Walaupun di program sejenisnya gue dulu gak sampai graduation, tapi kegiatan semacam itu baik untuk perkembangan, dengan berada di lingkungan positif penuh inspirasi dan bisa bertemu orang-orang hebat. Ternyata, MatahariMall.com juga punya koleksi tripod kamera terbaik, bisa jadi pertimbangan dalam memenuhi penyediaan sarana bagi mereka yang hendak menjadi Yucuber, maksudnya Youtuber.

Kegiatan lain yang sedang gue jalani, dan rasanya selalu mengingatkan gue akan pencapaian adalah sebuah video project juga, bantuin Gloria Morgen. Isinya berupa interview selama kurang lebih 10 menit dengan beragam pertanyaan kepada anak muda yang sukses. Profesinya beragam, ada pemuda 21 tahun seorang investor dan pebisnis di bidang property, ada juga penulis yang karyanya baru saja di-film-kan, terakhir yang kita interview adalah seorang duta pendidikan dunia, dan banyak lainnya. Tiap kali interview perasaan yang sama gue dapat seperti saat nonton timnas U-19 menjuarai Piala AFF  di tahun 2013, saat itu umur gue pun sama dengan umur para pemain. Gila, mereka udah pada jura. Gue masih disini aja. Ohya, nama Channel Youtube-nya Beejoy Factory, jangan lupa likes, comment, subscribe!

Gitu kan cara promo Channel Youtube tuh?

Hehehe.


Senin, 19 September 2016

6 Hal yang Bisa Direncanakan Setelah Selesai Magang

Memasuki tingkat akhir perkuliahan, ada Mahasiswa yang semakin gelisah menghadapi dunia kerja, dengan sering munculnya pertanyaan apakah mimpi yang dulu masih mungkin untuk dicapai atau nggak, apakah posisi yang dulu diidamkan masih layak untuk dikejar atau cukup dengan meraih yang dekat-dekat saja. Tapi, ada juga mahasiswa yang sudah sangat siap untuk memasuki dunia kerja, IPK tinggi membuatnya cukup yakin akan banyak tawaran kerja yang datang menghampiri. Tidak sedikit juga yang masih cuek masa bodoh, meganggap bahwa masa muda harus diisi dengan hal-hal yang menyenangkan saja.
Diambil dari www.unomaha.edu.
Mungkin ada banyak lagi tipe mahasiswa lainnya, tapi apapun itu, magang menurut gue adalah proses yang baik untuk dilewati. Selain tentu untuk menambah uang jajan dan deretan pengalaman di resume, magang akan memberi gambaran dunia kerja yang sebenarnya dan jadi ajang memperluas networking, yang siapa tau bermanfaat kedepannya. Dan sebagai makhluk sosial (media), apalagi yang akan dilakukan terhadap kegiatan selama magang selain untuk diabadikan di Instagram Stories?

Saat ini, gue lagi magang dan mulai memikirkan rencana kedepan selepas magang, tentu itu bukan soal kawin. Berikut hal-hal yang ada di pikiran gue untuk dilakukan setelah magang selesai (silahkan ditambahkan bila perlu di kolom komentar):

1. Pindah Bidang atau Lanjutkan
Selamat untuk kalian yang sudah menemukan bidangnya. Tapi bagi yang belum, magang adalah proses untuk menemukan jawaban tersebut. Pekerjaan selama magang yang biasanya berlangsung selama 2-3 bulan memberikan pertimbangan apakah benar ini yang dicari atau perlu cari lagi, biasanya itu dalam bentuk perasaan nyaman atau nggak. Kalo ya, tinggal lanjutkan, kalo bukan, gak ada salahnya terus berusaha. Toh mencari passion dan mencari pasangan hidup, adalah dua hal yang bisa dilakukan bersamaan kok. Jadi gak ada alasan “Gue belum kerja karena emang lagi fokus nyari jodoh aja”. 

2. Menabung
Uang hasil magang mungkin gak cukup untuk beli Iphone 7, tapi ada perasaan lain saat kerja kita dihargai dalam bentuk nominal. Menabung adalah cara cukup bijak dalam memperlakukan gaji magang. Walaupun sekarang definisi menabung juga udah agak kabur sih, karena dengan adanya ATM ‘uang di Bank berarti uang yang belum masuk dompet’ aja. Terlebih gaji kan biasanya ditransfer, jadi udah otomatis masuk ke tabungan kita. Ya angap aja poin ini adalah usaha gue agar jumlahnya sama dengan judul postingan.

3. Bikin Usaha Sendiri
Ada orang-orang yang masih ragu, apakah harus kerja kantoran dengan patuh pada aturan yang ada, atau bikin usaha sendiri yang mana akan menjadikannya Si Pembuat Aturan. Dengan magang, pertanyaan itu mungkin akan ketemu jawabannya. Jadi pengusaha muda? Siapa yang gak mau. Kalo memang itu jawabannya, ya hajar lah abis magang selesai.

4. Berkarya
Selain jadi pengusaha, posisi yang flexibel, tidak terikat jam kerja dan aturan adalah menjadi pekarya. Tinggal pertanyaannya berkarya dalam hal apa? melukis, bikin movement, bikin film atau jadi yucuber? Silahkan tentukan dan perjuangkan.

5. Jadian!
Selama magang pasti punya kenalan baru, sesama anak magang atau pekerja tetap di tempat kita kerja. Kalau hubungannya udah cukup dekat dan ada niatan promosi ke jenjang yang lebih tinggi dari status sebagai teman, dan pertimbangannya adalah takut mengganggu profesionalisme kerja, saat magang selesai mungkin adalah momen yang tepat. Jadi, jadianlah kalian! Akan sangat menyenangkan bila di akhir masa magang, bisa menyandingkan ‘gajian’ dan ‘jadian’.

6. Liburan!
Dari sekian banyak opsi yang perlu dilakukan setelah magang, ini adalah yang paling masuk akal. Setelah dapat uang dan pikiran butuh di-refresh, jalan keluar apa lagi selain piknik. Dulu nyari tempat liburan itu yang dekat-dekat, yang bisa ditempuh pakai motor atau angkutan umum, lalu mulai berani menggunakan kereta api, yang mana Yogya dan Malang jadi tujuan favorit, setelah itu patut dicoba naik ke tahap selanjutnya dengan beli tiket pesawat dan terbang menuju destinasi impian. Mengeksplorasi wilayah Indonesia bisa diprioritaskan dulu ketimbang negara tetangga. Bingung beli tiket pesawat dimana? Perlu diketahui kalau tempat kita beli kebutuhan sehari-hari yang tersebar di berbagai wilayah ini juga menyediakan layanan pembelian tiket, praktis dan bebas antri, alfamart.


Selain dapat tiket dengan mudah di Alfamart, juga gratis ucapan “Selamat datang, selamat berbelanja...” walaupun gak diakhiri dengan “sayang”, tapi ya lumayan lah.

Selamat menjalankan tugas magang untuk yang baru mulai magang. Untuk yang masih mencari, semoga cepat dipertemukan. Untuk yang magangnya hampir selesai, ada hal lain yang perlu direncanain gak?

Minggu, 09 Agustus 2015

Review: Newbie Gadungan

Harus selalu ada pengalaman pertama atas suatu hal yang dilakukan, karena itulah yang namanya kebiasaan pun berawal dari kemauan untuk memulai. Dan untuk pertama kalinya di blog ini gue akan menulis review dari sebuah buku. Jika review film pertama yang gue tulis sebelumnya adalah Comic 8, maka buku pertama yang gue review di blog ini adalah Newbie Gadungan karya Tirta Prayudha a.k.a alias also known as Romeo Gadungan.

So, here is a Newbie Gadungan review by a newbie reviewer..

Newbie Gadungan adalah buku yang berisi berbagai pengalaman dari penulis tentang hal-hal yang pertama kali dia rasakan. Dengan seru dan dikemas balutan komedi yang segar membuat gue hanya butuh beberapa jam saja untuk menamatkan buku ini setelah mendarat di kost-an gue berkat jasa seorang kurir—yang tentunya bukan hal yang akan gue bahas lebih lanjut di sini.


Sejujurnya, buku ini adalah hadiah setelah gue berhasil mempermalukan diri sendiri dengan menceritakan salah satu aib gue dalam kuis yang diadakan Tirta di twitter. Tapi jangan salah, review yang gue tulis ini bukan semata-mata balas budi, karena kalau pun gue gak menang kuisnya.. besar kemungkinan gue belum punya bukunya. Hehe. Ini bagian dari cara gue mendisiplinkan diri untuk menulis, mumpung lagi pengin nulis review, mumpung ada buku komedi yang bagus. Dan Gratis. Gitu.

Buku Newbie Gadungan ini cukup eye-catching dengan warna khas buku komedi yakni kuning yang agak mendekati—kalau orang bilang sih—hijau stabilo dan dengan desain yang menarik.

Ada sedikiti kekhawatiran saat akan baca buku ini, melihat background penulis yang seorang mahasiswa di UK dan sempat juga bekerja kantoran takutnya delivery ceritanya tekesan kaku atau kurang mengalir. Tapi dilihat dari tweet, beberapa blogpost yang pernah gue baca dan beberapa halaman pertama buku ini bisa dibilang ‘ini selera gue sih. Terbukti di hari yang sama dengan saat kurir datang ke kost-an gue, buku ini bisa gue khatamkan.

Wait.. gue sebut kurir lagi, ya? Dia nggak akan gue bahas!

Walaupun buku ini ber-genre komedi, tapi bukan saja tawa yang didapat dari membaca buku ini melainkan semangat, haru dan sedih. Pengalaman-pengalaman yang diceritakan begitu seru untuk diikuti, meski mungkin banyak orang yang juga pernah mengalami hal serupa tapi inilah hal sukses yang penulis berhasil lakukan: membuat pembaca peduli akan ceritanya. Kalau dianalogikan pertunjukan standup, Tirta ini adalah seorang performer dengan modal verbal dan delivery, bukan yang lucu karena act outgimmick atau pembawaannya, istilah yang sering kita pakai sih ‘kayak temen curhat’. Tirta is a good storyteller, I think.

Karena Newbie Gadungan adalah kumpulan cerita tentang pengelaman newbie sang penulis maka tiap bab-nya pun terbagi berdasarkan cerita tertentu. Jadi jangan aneh kalau setelah baca cerita penulis saat kuliah di Bandung lalu berpindah ke cerita di masa SD-nya. Gue curiga kalau Tirta ini adalah penikmat standup comedy atau jangan-jangan di UK berprofesi sebagai comic, karena set-list atau urutan bab di buku ini mirip formula di standup (5-3-2-1-4) dengan 5 adalah bit terlucu. Di buku ini pun 2 bab awal adalah yang terlucu, bagi gue.

Cerita per cerita dideskripsikan dengan cukup padat, meski di beberapa bagian ada yang terkesan bertele-tele terutama di bab Pemimpin Upacara, sehingga gue sempat nengok ke lembaran-lembaran berikutnya dan terbesit “Ini kapan puch-nya sih?”. Tapi secara keseluruhan gaya bahasanya mampu mempermudah kita untuk mengimajinasikan kejadian nyatanya. Dan yang terpenting orisinal, agak bosen baca komedi yang ke-Radit-Radit-an nggak sih? Hehe.

Yang bagus dari buku ini adalah penggunaan ilustrasi dan foto yang sangat efektif. Selain ilustrasi Muhamad Luthfiansyah yang keren abis, fungsinya pun gak sekedar penempel melainkan pelengkap, bahkan di beberapa kesempatan bisa menghasilkan tawa baru. Yang paling gue ingat adalah saat asdos lagi ngasih tes tentang komputer, lalu Tirta bilang “Ngga mau nanya tentang tsunami aja Kang?” Anjing, callback!

Di setiap akhir bab, dalam beberapa paragraf penulis mencoba menuliskan summary atau value yang bisa diambil dari pengalaman yang telah dia alami, semacam 'kalau sebelumnya gue cerita agak nyeleneh, kali ini serius nih'. Untuk beberapa bagian yang masih terbilang wajar dan secukupnya sih bagus, tapi (buat gue pribadi) di beberapa bagian lainnya gue memilih untuk lompat ke bab selanjutnya. Mungkin gue sudah cukup bosan dengan kalimat-kalimat berbau inspiratif atau yang terkesan menggurui, atau bisa juga pada saat gue membaca buku ini yang gue butuhkan hanyalah sekedar hiburan.

Setelah buku ini selesai dibaca, gue baca ulang lagi sekilas dari awal sambil mengingat-ingat di bagian mana gue tertawa—sekaligus penasaran dari sisi komedinya. Dan yang paling menghibur juga paling diingat adalah..
  • Pertama, bab Gue dan bahasa Sunda: Ini lucu banget karena kejadiannya emang lucu banget sih, tapi kejadian lucu gak menjamin orang yang membaca cerita tersebut ikut tertawa tanpa penulisan yang baik. Dan gue sebagai orang sunda bakal tertawa kencang kalau lihat kejadiannya langsung. Sejak kapan ‘punten’ itu berwujud?! Lalu orang dari planet mana yang berhentiin angkot bilang "Pinggir, Bang!"
  • Lalu, bab Gue dan Nasib Gue Karena Tsunami (bagian citra orang Aceh): Ini jenius. Premisnya padahal sederhana banget; citra masyarakat terhadap orang Aceh, tapi Tirta berhasil mengolahnya menjadi joke yang lucu banget. Punchline-nya asik! Ada yang pakai dialog, rule of three, sampai callback. Kalau kata Mahaguru standup Indonesia—Radit—sih: Man, lo keren banget!
  • Terakhir, bab Mencoba Lari: Ini juga lucu di bagian saat Tirta bikin target cemen yang jauh dari kata hebat, lalu ketika udah mulai nyerah saat lari—sebuah ketidakberdayaan yang dituangkan dalam ekspresi yang dramatis cenderung lebay, dan saat lagu Maher Zein mengiringi para pelari di saat lagi capek-capek-nya. "Insya Allah ada jalan..."
Kalau di Petro-Idol Tirta gak mendapatkan tepuk tangan, untuk buku perdananya ini tepuk tangan layak diberikan. Dan gue rasa setelah buku ini lahir akan segera menyusul buku-buku berikutnya dari Ustad-Bandar-Ganja-Korban-Tsunami ini. Haha! Congrats!



Btw, kurir yang tadi kemana ya?

Kamis, 06 Agustus 2015

Beberapa Manfaat Merokok yang Jarang Terpikirkan


Tapi sebelum rokok membunuh perokok, jangan salah, merokok juga punya beberapa manfaat yang mungkin sebelumnya gak pernah kita pikirkan. Semoga artikel ini bermanfaat dan dapat mengubah cara pandang kita terhadap rokok. Ini dia, beberapa manfaat merokok:

Gampang akrab dengan orang asing.
Tidak ada hal lain yang lebih efektif untuk berkenalan atau sekedar membuka obrolan dengan orang asing, selain:
Mas, ada korek gak?

Dan entah kenapa orang yang dimintai pinjam selalu menerima permintaan itu, 99,99%! Sisa 0,01 terjadi karena yang dimintain bukan perokok jadi nggak punya korek. Ada stereotype bahwa yang punya korek pasti seorang perokok, aneh ya kalau ada non-perokok bawa-bawa korek? Buat gue sih biasa aja, kalau ada muslim yang bawa-bawa Al-Kitab baru aneh.

Mengajarkan wanita tentang arti rela.
Katanya cinta itu buta. Teori ini bisa jadi benar dalam situasi seorang cewek yang gak suka asap rokok tapi terima aja kalau pacarnya merokok di dekat dia, ini yang gue maksud: buta akan asap rokok. Siapa yang bego, cewek atau cowoknya, gue gak tau. Tapi dari case ini terlihat betapa sang cewek demi kelangsungan kisahnya merelakan organ yang harusnya dilewati udara segar dimasuki nikotin, tar, karbon monoksida dan komponen berkhasiat lainnya. Demi apa? DEMI CINTA.

Source: dokter,id
PRET.

Terlihat keren.
Source: kaskus.co.id
Teori setan ini pernah hinggap di otak gue. Untungnya cuma sebentar, karena buat gue merokok itu gak ada nikmatnya, jadi ngapain keren tapi gak ada hal yang kita dapat dari yang kita kerjakan. Tapi kalau memang kesan itu didapat dari Realita Cinta dan Rock ‘n Roll, kenapa gak kepikiran bahwa yang bikin keren itu Vino dan Junot-nya? Jangankan merokok, Vino atau Junot suruh jadi tukang becak aja keren!

Penetralisir bau.
PUP a.k.a. BAB adalah sebuah kegiatan yang menakjubkan, karena kita menjadi satu-satunya orang yang bisa nyaman berada di ruangan ketika sebuah objek dari dalam tubuh kita mengeluarkan bau yang menyelubungi ruangan tersebut, sepertinya Tuhan telah menyelaraskan hidung kita dengan bau dari satu jenis pup saja, ya. Cobain aja cium bau pup orang, tahan berapa lama?

Anyway, kembali ke rokok. Nah dalam case ini, rokok punya peran besar yaitu untuk menetralisir bau dari pup. Pilihannya, daripada ngisep bau tai mending ngisep asap rokok. Gitu.

Tapi daripada sambil merokok, mending sambil nge-PES.. sama orang sebelah:

Punya plan jelas perihal “Abis makan mau ngapain?”.
Don’t just dream of success; create a plan and act upon it!” 
Kata Dr. Steve Maraboli gitu.
Dari petuah di atas bisa kita tarik kesimpulan kalau para perokok termasuk orang yang gak cuma bermimipi tapi punya rencana yang jelas, dan itu kunci menjadi sukses. Karena perokok tau betul apa yang akan dia lakukan ketika selesai makan: merogoh kantong celana, ngeluarin kotak rokok dan korek.
Wis mangan ora udud, enek!
Tapi kalau gue sih:
Wis mangan ora minum, ora waras!”.

Aksesori saat berkendara motor.
Tidak hanya mengendarai motor sambil mainin handphone, naik trotoar dan lawan arah, pertunjukan sirkus di jalanan Indonesia juga menampilkan pengendara dengan keahlian bawa motor sambil merokok. Dalam hal ini peran rokok sudah setingkat dengan spion, knalpot dan sparepart lainnya.

Source: motorplus-online.com

Tapi kalau memang benar rokok itu paling enak sambil ngopi kenapa nggak sekalian bawa gelas berisi kopi. Jadi, tangan kiri megang rokok, kanan megang gelas.

Atau kayak cabe ini:
Source: kaskus.co.id

Kritis terhadap kebijakan pemerintah.
Selain keren, perokok juga bisa terlihat gagah yaitu ketika mampu membuat kebijakan pemerintah dalam menerapkan kemasan rokok dengan gambar menyeramkan terkesan gagal dengan kritiknya:
Lah mau nakut-nakutin pake gambar yang nyeremin? Gak ngaruh, palsu itu! Bohong! Gue dari dulu ngerokok sehat-sehat aja 
Source: merdeka.com
Lucu banget kalau sendainya besoknya dia meninggal dunia.

Pengganti program KB.
Meskipun kritis—seperti yang disebut sebelumnya, perokok juga menghadirkan solusi akan masalah yang ada di Indonesia. Kita tau bahwa penduduk kita semakin banyak, dan program KB yang dihadirkan untuk mengatasi hal tersebut belum mampu mengatasintya. Nah ditengah ke-pesimisan itu, rokok hadir sebagai pembawa solusi. Dalam hal ini pria yang disarankan mengkonsumsi rokok.



Ada lagi manfaat lain? Tulis di comment box!

Rabu, 29 Juli 2015

Review Comic 8: Casino Kings Part 1

Bagus atau nggak sih membaca review orang sebelum menulis review sendiri?

Sebenarnya gue gak butuh jawaban untuk pertanyaaan itu sih, karena gue udah melakukannya, dan menurut gue sah-sah aja. Malah ada banyak hal-hal yang sebelumnya gue gak tau atau mungkin gak terpikirkan sekarang menjadi hal yang gue perhatikan. Kalaupun nantinya review gue ada pengaruh dari review orang lain, ya anggap saja gue turut mengamini apa yang dikatakan orang itu. Toh ada juga bagian dari review orang yang gue gak setuju. So, this is my review about a comedy movie that act by most of Indonesian comics, Comic 8: Casino Kings Part 1!


Film pertama pecah banget—ya, pecah yang artinya keren atau lucu bukan pecah berarti membeli. Begitu lucu dan mengagetkan. Bagi gue yang suka sama Stand-Up Comedy kehadiran para comic dalam sebuah film adalah hal yang menyenangkan, seolah melihat bit-bit mereka lengkap dengan persona dalam karakter yang diperankan dan tetap dengan ciri khas mereka namun dalam satu kesatuan cerita yang berdurasi cukup lama. Karena itu main characters yang dipegang 8 comic masing-masing punya karakter bervariatif dan hal itu yang gue rasa digali oleh Anggy dan Fajar Umbara dalam tiap adegan di filmnya. Babe, Arie dan Ernest yang menurut gue paling menonjol di film pertama—walaupun kenyataannya Nikita-lah yang termenonjol, tapi bukan itu yang gue maksud. Sementara yang lainnya biasa aja kecuali Mongol dan Mudi, agaknya harus ada perbaikan untuk karakter mereka kedepannya.

Di sekuelnya, Anggy membawa pasukan comic lebih banyak, diikuti misi dalam ceritanya yang juga lebih besar dengan set artistik yang edan-edanan. Jangan lupakan juga, kali ini action-nya lebih gila, gak lagi sekedar tembak-tembakan tapi.. cubit-cubitan. Nggak deh, kali ini aksi mereka melibatkan beberapa mobil mewah, helikopter dan buaya! Yang merupakan spesial creature feature buaya animatronics, itu cukup membuat penonton tetap fokus terhadap alur cerita bukan malah memperdebatkan “Itu harimau atau kucing garong sih?” atau “Wah elang bisa dijadiin gojek nih!”, emang sinetron?! Ditambah juga penerapan efek visual dan CGI yang cukup efektif.


Dibanding film pertamanya, ada sedikit perubahan dalam line-up comics. Selain menambah lebih banyak comic, Anggy menarik keluar Mudi dan memasukan Ge Pamungkas. Melihat karakter Mudi yang selau membawa gitar, agak sulit memang memaksimalkannya karena mengharuskan ada adegan bernyanyi tiap kali berdialog. Sementara Ge jauh lebih mudah dikembangkan dan potensial, termasuk karena bakat aktingnya yang terus diasah di The East Net dan filmnya yang lain Negeri Van Oranje. Hasilnya beberapa scene yang Ge lakukan berakhir mulus diantaranya saat beradu akting dengan Dea Ananda, saat ditugaskan Indro warkop masuk sebagai agent dan ketika dia dan Mongol berusaha menjawab sebuah pop quiz di tengah hutan. Karakter Mongol juga berubah, kini dia gak kebencongan lagi tapi berdialek Batak, ini jauh lebih baik sih.

Mayoritas yang udah nonton, gue yakin sepakat bahwa bagian awal film adalah yang terlucu. Sebuah koper besar di tengah hutan yang perlahan terbuka mengawali film ini, lalu keluarlah Babe yang ternyata terdampar di sana bersamaan dengan semua comic yang terlibat. Adegan-adegan konyol cara mereka menghindar dari buaya emang kurang ajar sih, orang waras mana yang memilih cara menari ular india untuk mengusir kawanan buaya sambil bilang “Jangan bunuh aku, aku ini juga reptil kok”?! Di scene awal ini puchline datang begitu bertubi-tubi, ibarat materi stand-up, bit awal adalah yang terlucu atau kedua terlucu agar menarik perhatian audience sehingga tertarik mengikuti  kelanjutannya. Di film ini pun begitu.


Entah gue doang atau nggak, saat comic-comic selain yang delapan itu mati di awal scene lalu mikir “Lah udah mati lagi? Bentar doang akting Asep Suaji di film ini”. Tapi ternyata kita memulai film ini dari tengah, maju kemudian flashback dan bersambung lagi dengan scene penghubung yaitu koper gede di tengah hutan. Kalau ditanya soal karakter comic lain, gue agak bingung sih karena gue gak bisa lihat jelas, bisa jadi karena kebanyakan karakter. Awwe misalnya, dari penampilannya dia terlihat nerd dengan memakai suspender tapi gak kelihatan fungsinya untuk apa. Jangankan comic, pemain lain pun (termasuk cameo) ada banyak. Banget. Terlepas dari itu mereka tetap menghibur kok, terutama yang keren adalah The Bataks! Suka banget gue sama mereka!


Dari sisi komedi memang jokes-nya on-and-off. Ya komedi itu subjektif, gak bisa kita menghibur semua orang secara keseluruhan. Tapi dengan jajaran comic yang materinya cukup sering gue dengar, ada beberapa jokes yang seharusnya tidak ada di film yang seniat ini. Lalu yang gue sayangkan adalah sentilan politik dan sosialnya, gue turut mengamini Bapak Hans di Jakarta Post yang bilang kalo satirnya terlalu tumpul. Kayak bagian Ernest yang bilang “Kalo mau liat kriminal pergi aja ke Senayan”, hmm...  Ada juga scene yang menampilkan seorang gay (diperankan Isman) yang ingin diakui teman-temannya tapi sayangnya gak ada kelanjutannya. Padahal di film pertama sindirannya cukup pas, lho.


Lalu yang jadi pertanyan banyak penonton sehabis filmnya selesai adalah “Kok dibikin 2 part sih?” Iya, sayang banget ya, jadinya kayak ada kesan ‘buat ngepasin durasi' gitu gak sih? Tapi bagaimana pun juga, Comic 8: Casino Kings Part 1 secara visual mengagumkan dengan set yang begitu mewah, sangat menghibur di scene pembuka, misinya cukup seru untuk diikuti dan teaser yang ditayangkan untuk Part 2 cukup membuat kita layak bersabar hingga Februari tahun depan. Harapan gue Cuma satu, semoga nasibnya gak kayak Komunitas StandUp Indo Malang di Liga Komunitas KompasTV. Hehe.