Minggu, 09 Agustus 2015

Review: Newbie Gadungan

Harus selalu ada pengalaman pertama atas suatu hal yang dilakukan, karena itulah yang namanya kebiasaan pun berawal dari kemauan untuk memulai. Dan untuk pertama kalinya di blog ini gue akan menulis review dari sebuah buku. Jika review film pertama yang gue tulis sebelumnya adalah Comic 8, maka buku pertama yang gue review di blog ini adalah Newbie Gadungan karya Tirta Prayudha a.k.a alias also known as Romeo Gadungan.

So, here is a Newbie Gadungan review by a newbie reviewer..

Newbie Gadungan adalah buku yang berisi berbagai pengalaman dari penulis tentang hal-hal yang pertama kali dia rasakan. Dengan seru dan dikemas balutan komedi yang segar membuat gue hanya butuh beberapa jam saja untuk menamatkan buku ini setelah mendarat di kost-an gue berkat jasa seorang kurir—yang tentunya bukan hal yang akan gue bahas lebih lanjut di sini.


Sejujurnya, buku ini adalah hadiah setelah gue berhasil mempermalukan diri sendiri dengan menceritakan salah satu aib gue dalam kuis yang diadakan Tirta di twitter. Tapi jangan salah, review yang gue tulis ini bukan semata-mata balas budi, karena kalau pun gue gak menang kuisnya.. besar kemungkinan gue belum punya bukunya. Hehe. Ini bagian dari cara gue mendisiplinkan diri untuk menulis, mumpung lagi pengin nulis review, mumpung ada buku komedi yang bagus. Dan Gratis. Gitu.

Buku Newbie Gadungan ini cukup eye-catching dengan warna khas buku komedi yakni kuning yang agak mendekati—kalau orang bilang sih—hijau stabilo dan dengan desain yang menarik.

Ada sedikiti kekhawatiran saat akan baca buku ini, melihat background penulis yang seorang mahasiswa di UK dan sempat juga bekerja kantoran takutnya delivery ceritanya tekesan kaku atau kurang mengalir. Tapi dilihat dari tweet, beberapa blogpost yang pernah gue baca dan beberapa halaman pertama buku ini bisa dibilang ‘ini selera gue sih. Terbukti di hari yang sama dengan saat kurir datang ke kost-an gue, buku ini bisa gue khatamkan.

Wait.. gue sebut kurir lagi, ya? Dia nggak akan gue bahas!

Walaupun buku ini ber-genre komedi, tapi bukan saja tawa yang didapat dari membaca buku ini melainkan semangat, haru dan sedih. Pengalaman-pengalaman yang diceritakan begitu seru untuk diikuti, meski mungkin banyak orang yang juga pernah mengalami hal serupa tapi inilah hal sukses yang penulis berhasil lakukan: membuat pembaca peduli akan ceritanya. Kalau dianalogikan pertunjukan standup, Tirta ini adalah seorang performer dengan modal verbal dan delivery, bukan yang lucu karena act outgimmick atau pembawaannya, istilah yang sering kita pakai sih ‘kayak temen curhat’. Tirta is a good storyteller, I think.

Karena Newbie Gadungan adalah kumpulan cerita tentang pengelaman newbie sang penulis maka tiap bab-nya pun terbagi berdasarkan cerita tertentu. Jadi jangan aneh kalau setelah baca cerita penulis saat kuliah di Bandung lalu berpindah ke cerita di masa SD-nya. Gue curiga kalau Tirta ini adalah penikmat standup comedy atau jangan-jangan di UK berprofesi sebagai comic, karena set-list atau urutan bab di buku ini mirip formula di standup (5-3-2-1-4) dengan 5 adalah bit terlucu. Di buku ini pun 2 bab awal adalah yang terlucu, bagi gue.

Cerita per cerita dideskripsikan dengan cukup padat, meski di beberapa bagian ada yang terkesan bertele-tele terutama di bab Pemimpin Upacara, sehingga gue sempat nengok ke lembaran-lembaran berikutnya dan terbesit “Ini kapan puch-nya sih?”. Tapi secara keseluruhan gaya bahasanya mampu mempermudah kita untuk mengimajinasikan kejadian nyatanya. Dan yang terpenting orisinal, agak bosen baca komedi yang ke-Radit-Radit-an nggak sih? Hehe.

Yang bagus dari buku ini adalah penggunaan ilustrasi dan foto yang sangat efektif. Selain ilustrasi Muhamad Luthfiansyah yang keren abis, fungsinya pun gak sekedar penempel melainkan pelengkap, bahkan di beberapa kesempatan bisa menghasilkan tawa baru. Yang paling gue ingat adalah saat asdos lagi ngasih tes tentang komputer, lalu Tirta bilang “Ngga mau nanya tentang tsunami aja Kang?” Anjing, callback!

Di setiap akhir bab, dalam beberapa paragraf penulis mencoba menuliskan summary atau value yang bisa diambil dari pengalaman yang telah dia alami, semacam 'kalau sebelumnya gue cerita agak nyeleneh, kali ini serius nih'. Untuk beberapa bagian yang masih terbilang wajar dan secukupnya sih bagus, tapi (buat gue pribadi) di beberapa bagian lainnya gue memilih untuk lompat ke bab selanjutnya. Mungkin gue sudah cukup bosan dengan kalimat-kalimat berbau inspiratif atau yang terkesan menggurui, atau bisa juga pada saat gue membaca buku ini yang gue butuhkan hanyalah sekedar hiburan.

Setelah buku ini selesai dibaca, gue baca ulang lagi sekilas dari awal sambil mengingat-ingat di bagian mana gue tertawa—sekaligus penasaran dari sisi komedinya. Dan yang paling menghibur juga paling diingat adalah..
  • Pertama, bab Gue dan bahasa Sunda: Ini lucu banget karena kejadiannya emang lucu banget sih, tapi kejadian lucu gak menjamin orang yang membaca cerita tersebut ikut tertawa tanpa penulisan yang baik. Dan gue sebagai orang sunda bakal tertawa kencang kalau lihat kejadiannya langsung. Sejak kapan ‘punten’ itu berwujud?! Lalu orang dari planet mana yang berhentiin angkot bilang "Pinggir, Bang!"
  • Lalu, bab Gue dan Nasib Gue Karena Tsunami (bagian citra orang Aceh): Ini jenius. Premisnya padahal sederhana banget; citra masyarakat terhadap orang Aceh, tapi Tirta berhasil mengolahnya menjadi joke yang lucu banget. Punchline-nya asik! Ada yang pakai dialog, rule of three, sampai callback. Kalau kata Mahaguru standup Indonesia—Radit—sih: Man, lo keren banget!
  • Terakhir, bab Mencoba Lari: Ini juga lucu di bagian saat Tirta bikin target cemen yang jauh dari kata hebat, lalu ketika udah mulai nyerah saat lari—sebuah ketidakberdayaan yang dituangkan dalam ekspresi yang dramatis cenderung lebay, dan saat lagu Maher Zein mengiringi para pelari di saat lagi capek-capek-nya. "Insya Allah ada jalan..."
Kalau di Petro-Idol Tirta gak mendapatkan tepuk tangan, untuk buku perdananya ini tepuk tangan layak diberikan. Dan gue rasa setelah buku ini lahir akan segera menyusul buku-buku berikutnya dari Ustad-Bandar-Ganja-Korban-Tsunami ini. Haha! Congrats!



Btw, kurir yang tadi kemana ya?

2 komentar:

Terima kasih sudah berkunjung dan baca sampai kalimat ini. Silahkan kembali lagi jika berkenan.