Kamis, 03 November 2016

15 Hal tentang DPR yang Tidak Diungkap Media

  1. DPR punya lapangan sepak bola. Sesekali pernah dipakai konser, dan pengajian akbar.
  2. Rapat di DPR sering kali tidak ontime. (Baru tau kan?)
  3. Ketika menunggu dimulainya rapat, ada anggota DPR yang memutarkan lagu dari ponselnya dan diperkeras melalui speaker.
    • 5 menit pertama lagu lawas lokal.
    • 5 menit kedua lagu India.
    Ada keinginan gue untuk mengajak beliau lari-lari sambil joget di lapangan bola, kebetulan saat itu sedang hujan rintik-rintik, dan kebetulan juga ada pohon di lapangan tersebut. Namun niat itu gue urungkan.

    Karena lapangannya lagi dipakai pengajian.
  4. Saat rapat hingga lewat tengah malam dan ada jeda ketika diskors, beberapa anggota merokok di ruangan tempat rapat berlangsung. Salah seorang anggota, gue lihat dia memakai pipa rokok, sepanjang ± 20 cm. Tapi gue bisa pastikan bahwa itu bukan pipa paralon, apalagi gorong-gorong.


  5. Ada satu rapat, yang muncul perdebatan cukup alot, baik antara DPR dengan Mitra Kerja, juga sesama anggota DPR. Rapat tersebut menghabiskan waktu berjam-jam bahkan hingga larut malam, untuk mencari jalan keluar sebagai win-win solution. Semua pihak menyampaikan argumennya masing-masing agar meyakinkan pihak yang berbeda pandangannya. Dari balkon, wartawan yang tersisa merasa kesal karena semuanya terkesan tidak ada yang mau mengalah. Disaat terjadi kebuntuan tersebut, pimpinan rapat tiba-tiba berkata Jadi, ini masalahnya apa?”


  6. Tempat ngopi di DPR, ada 3:
    • Bengawan Solo (Coffee Shop), harganya mulai dari Rp 22.500,-
    Biasanya dikunjungi Tenaga ahli, staf mitra kerja, juga anggota DPR.
    • Toserba (Toko Serba Ada), harganya serba Rp 7.000,- (menggunakan mesin Nescafe)
    Biasanya dikunjungi karyawan DPR, wartawan, dll.
    • Warung kopi (Bukan Coffee Shop) basement, harganya serba Rp 3.000,- (kopi sachet)
    Biasa dikunjungi Pamdal, Supir dan yang ‘merasa sudah terlalu sering beli di Toserba’.


  7. Ada seorang reporter yang memberanikan diri mengunjungi Bengawan Solo sebagai penebusan dari rasa penasarannya. Dari menu list yang ada, pilihannya jatuh pada harga kopi paling murah, yakni Rp 22.500,-. Namun kabar buruk menimpanya, kenyataan berkata lain, pelayan mengatakan bahwa kopi yang dimaksud tidak tersedia. Lantas, ketimbang malu membatalkan pembelian, reporter tersebut terpaksa mengambil pilihan kedua, yaitu kopi yang harganya paling murah berikutnya, yaitu Rp 35.000! Harga tersebut sama dengan 5 kali beli kopi di Toserba atau 11 kali ngopi di basement.
      
    Kunjungan tersebut menjadi yang pertama, dan terakhir bagi dia.
    Dia adalah yang menulis cerita ini. Iya, gue. APALO?!
  8. Jumlah tandatangan anggota DPR pada daftar hadir selalu lebih banyak dibanding penampakannya saat rapat berlangsung.
  9. Ada kejadian, beberapa saat sebelum rapat dimulai, dari balkon wartawan terlihat seorang tenaga ahli dari anggota DPR menghampiri meja tempat daftar hadir. Dan gue dengar:
    TA: Pa, Ibu lagi sakit nih.
    SK: Sakit apa?                    
    TA: Biasa, ‘sakit-sakitan’.
    Keduanya tertawa ngikik. Lalu Sang TA menandatangani daftar hadir, mengambil materi rapat dan pergi meninggalkan ruang rapat.
                                                            
    Sebagai Mahasiswa kita mengenal itu: titip absen.
  10. DPR membagikan makan bagi wartawan*

    *syarat dan ketentuan berlaku, yaitu: Jika makanan yang diperuntukan bagi anggota DPR tersisa banyak.

    Sejauh ini, perhitungan pihak catering DPR selalu akurat.
    Jadi probabolitas wartawan dapat makan di DPR sebesar 0,01.
  11. Rapat yang cukup alot terjadi di sebuah Komisi di DPR. Menteri yang menjadi mitra pada rapat tersebut terlihat meninggalkan ruang rapat menuju toilet, mungkin sekedar untuk menghilangkan penat sesaat karena rapat tidak juga menemukan kesepakatan. Saat akan kembali memasuki ruang rapat, beliau menghampiri seorang reporter yang duduk lesehan di samping meja dan berkata “Mba, emang ngerti yang lagi dibahas apa? Saya aja gak ngerti” Sang reporter hanya membalasnya dengan senyuman.

    Coba kalau yang ditanya adalah gue. Gue dengan bangga akan menjawab:
    Ya ngerti lah Pak, memangnya Bapak gak ngerti ya? Kalau gitu sini biar saya saja yang jadi Menteri, Bapak duduk disini, gantiin saya meliput ya”. Lalu saya duduk di kursi Menteri.

    Tapi itu tidak terjadi, karena yang ditanya bukan gue.
  12. Ada sebuah media yang secara khusus meliput seluruh rapat di DPR, dan memberi kesempatan kepada siapapun untuk terlibat di dalamnya, dengan sebuah tujuan yaitu merekam jejak wakil rakyat.
  13. Media tersebut bernama WIKIDPR.org. Mulai tanggal 1-30 November 2016 membuka kesempatan bagi siapapun untuk bergabung. Link pendaftaran:  
  14. Banyak kesempatan yang bisa didapat, saat meliput di DPR:
    • Bisa masuk ke DPR. (Wow, kan?)
    • Punya networking dengan reporter lain, baik media online, cetak maupun TV.
    • Mewawancarai Anggota DPR dan Menteri secara langsung.
    • Menjadi pihak pertama yang tahu hot issue di DPR, sehingga berita online seakan tidak penting lagi untukmu “Oh berita ini, yealah ini mah yang gue liput kemaren
    • Memperdalam bidang yang sesuai dengan jurusan kuliah. Jadi saat dosen ngasih penjelasan yang tidak up to date, bisa disanggah “Tapi Bu/Pak, berdasarkan rapat di DPR, komisi...”
    • Main bola lawan anggota DPR.
    • Ke rooftop gedung DPR.
    • Duduk di Balkon ruang rapat.
    • Ketemu Venna Melinda, Desy Ratnasari, Arzetty Bilbina, Meutya Hafid, Moreno Soeprapto, Lucky Hakim, bahkan Panji Manusia Millenium.
      

  15. Kita bertemu di DPR, ya!

0 Komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung dan baca sampai kalimat ini. Silahkan kembali lagi jika berkenan.