Sabtu, 13 Juni 2015

HAPPINEST Jakarta: Sebuah Kesenangan

Dari dulu keinginan gue menulis review pertunjukan stand-up selalu berakhir wacana, maka kali ini akan menjadi tulisan pertama—dan semoga selanjutnya, karena gue teramat suka dengan seni ‘komedi tunggal’ ini.

Hal yang selalu membuat gue gak mau ketinggalan special-nya Ernest adalah karena dia selalu menghadirkan ‘kebaruan’ dalam setiap special-nya. Setelah Merem Melek menjadi tour pertama di Indoensia, Illucinati (Finale) digelar 3 kali dalam sehari dan kali ini HAPPINEST terasa begitu menyenangkan dengan venue menarik juga megah yang mana stage-nya bundar dengan dikelilingi 360⁰ oleh bangku penonton—seperti saat StandUp Festival lalu.

Hasil jepretan @piokharisma
Kalau Ernest sebagai performer bilang ketagihan dengan stage seperti itu, pun gue sebagai penonton, gue sarankan penggelar event-event standup comedy harus mempertimbangkan hal ini karena bagi gue stage bundar membuat comic makin terlihat sebagai pusat acara. Konsep performer di depan—yang hanya berhadapan satu arah dengan penonton cukup di kuliah, seminar atau sholat jumat saja lah ya. Tapi dengar-dengar konsep sholat jum’at di Mekkah sudah menerapkan hal serupa, ya?

Tapi yang paling membuat senang adalah pemilihan opener. Bukan hal baru Ernest ngasih kesempatan untuk nama-nama baru di dunia stand-up, masih ingat saat pertama kali lihat Barry di The Oriental Bandits—yang kini jadi Finalis SUCI season 5, tapi udah close mic juga sih. Setiap opener yang perform menghadirkan rasa penasaran dengan alasan yang berbeda-beda.

Sialnya, gue sedikit melewatkan karena gak lihat Soleh Solihun membuka acara dengan berdo’a, pasti kocak parah itu. Gue dan yang hadir malam itu pasti setuju kalau sepanjang acara kita dibuat tertawa bahkan saat jeda antar comic, jelas, karena saat itu ada suara dua kunyuk/MC tak terlihat/voice over Arie Keriting dan Ge Pamungkas, brengsek kelakuan mereka emang.

“Kita disuruh jadi MC, tapi ngumpet biar sok-sok misterius gitu. Eh tapi ini lighting kenapa nyorot kita. Woy panitia, kalian ngerti konsep misterius gak sih?!” Arie ngedumel dengan dialek khas timur yang bikin seluruh Balai Sarbini ketawa sambil nyari-nyari keberadaan dia—untungnya dimudahkan dengan bentuk rambutnya. Sementara Ge jadi komentator paling dibenci oleh penonton yang mau keluar ruangan selagi break, semuanya habis dia impersonating.

Opener demi opener saling bergantian mengocok perut yang hadir malam itu.

Sakdiyah Ma'ruf
Hasil jepretan @piokharisma
Gue agak lupa penampilan dia di SUCI season 1 seperti apa, tapi akhir-akhir ini sering gue dengar dia tampil di event luar negeri. Dan di HAPPINEST kemarin gue merasa dikagetkan, bisa-bisanya dia tau keresahan pria-pria Indonesia yang memiliki pipiw berukuran seadanya dan betapa bahagianya dia saat melakukan full body search di airport.. “Ya Allah kalau saya gak inget astagfirullah.. Yes! Free Sex! Seks gratis!”. Siapa yang mengira bit-bit itu keluar dari wanita yang kebanyakan ibu-ibu mungkin akan memintanya “Curhat dong, Mah!”. Walaupun ada punchline yang agak meleset, gue tetap akan menyebut nama dia paling awal kalau sedang membicarakan comic wanita di Indonesia.

Chevrina Anayang
Hasil jepretan @piokharisma
Nah ini nih paling bikin gue penasaran, banget. Entah kenapa gue yakin banget kalau Chevrina akan ngomong se-‘telanjang’ Kamga di WANA, dan itu terbukti. Memulai dengan cerita sedihnya saat menjadi vokalis cewek di grup Tangga yang sampai akhir perjalanan grup tersebut pamornya selalu kalah dari Kamga, lalu diperparah dengan anggapan bahwa Tangga hanya memiliki satu buah lagu yaitu Hebat, seisi Balai Sarbini sangat siap melahap bit-bit berikutnya dari Chevrina. Diva Indonesia yang karirnya sudah meredup pun habis dia roasting, ini sangat mengingatkan gue sama Kamga. Haha!

Selebihnya gue takut kena blokir Menkominfo kalau gue tuliskan semua di sini, jadi biar gue ingat saja ya (mati penasaran lo yang gak dateng!). Overall gue kagum parah sama materinya Chevrina, bridging yang sempurna, analogi ‘es teh manis’ yang keparat—gue yakin ini paling diingat penonton saat keluar venue, korban yang variatif (tiap jokes harus selalu memakan korban dan materi Chevrina korbannya banyak; dia, grup-nya, dia & Kamga, artis lain, orang lain, bahkan Ibu-ibu dan pasangan tentang bagaiamana mersepon materi yang sudah dia lempar—jenius) dan closing yang pas, klimaks banget! Setelah closing, gue berdiri, tepuk tangan adalah mewakili rasa kagum gue, sambil mikir “Dia harus banget tampil standup LAGI!”

Sacha Stevenson
Hasil jepretan @piokharisma
Sementara Sacha bikin gue penasaran melihat Indonesia dari sudut pandang dia dan tanpa disadari bit-bit dia mengingatkan kita dengan lembut, seperti saat dia bahas budaya ‘tangan kanan adalah tangan sopan’, menurutnya gak adil ketika dia meminta maaf karena terpaksa memberi uang dengan tangan kiri sementara tukang tempe hanya bilang terima kasih tanpa minta maaf.. “Padahal dia bikin tempenya kan pake kaki! Tapi yaudahlah, budaya itu gak harus masuk akal, jalanin aja” keren, dia mengenal Indonesia sampai ke tahap proses pembuatan tempe. Set-up dia memang relatif panjang sih, tapi punchline-nya juga selalu berlipat dan lipatannya itu yang selalu gak ketebak dan menghasilkan ketawa kenceng, seperti bit dia yang berpendapat kalau Indonesia itu negara yang santai, termasuk orang-orangnya..

“Dang ada proyek nih, mau ikut ga?”
“Saya mah santai, Sa”
“Yaudah tanggal 13-15 bisa?”
“Ya sa, santai saya mah”
“Kalo begitu lo minta berapa kalo 3 hari itu?
“Wah, saya mah santai sa”
“Nah ini namanya terlalu santai, soalnya aku gatau ini orang mau apa nggak sih, kalo mau ya mau, kalo gak mau bilang insya Allah!”

Gue ketawa sambil mengepalkan tangan, gemes gila! Menonton Sacha itu unik dan menarik.

Ardit Erwandha
Hasil jepretan @piokharisma
Sekilas gue lihat Ardit itu di Liga Komunitas saat mewakili StandUpIndo Samarinda. Sedikit gak menyangka kalau dia yang dipercaya jadi opener Ernest di tour ketiganya meneruskan tongkat estafet dari Ge dan Arie, makanya gue gak banyak berekspektasi terhadap dia. Tapi malam itu di HAPPINEST dia tampil begitu ‘usil’, bit Duo Srigala sebagai pembuka meyakini gue kalau dia banyak berkembang selama perjalanan tour. Walau baru kali ini opener tetap Ernest bukan alumus SUCI, tapi Ardit membuktikan dirinya layak.

Lalu bagaimana Sang Empu pemilik acara?
Ernest Prakasa
Hasil jepretan @piokharisma
Beda halnya dengan Illucinati lalu, kali ini materi yang dibawakan relatif ringan seperti keresahan tentang keluarga dan kesehariannya, kalau mau dibuat lebih spesifik lagi terdiri dari 3T: tai, tetek dan titit. Seperti biasa, salah satu yang gue kagum dari Ernest adalah cara dia men-delivery setiap bit-nya, begitu cair berasa gue aja yang lagi diajak ngobrol. Hal itu terlihat semakin membuat mudah menghasilkan tawa penonton bahkan sejak premis dilempar. Di tengah perform-nya, ada part dimana Ernest berinteraksi dengan beberapa penonton, entah karena kebutuhan sponsor atau memang disengaja yang jelas hal itu memeberikan kesan yang lebih intim, walaupun diakuinya setelah itu ada materi yang tertinggal.

Acara ditutup dengan epic oleh bit tentang Sky yang di suatu saat meminta izin untuk main ke rumah temennya, gak ada yang aneh memang tapi tahu gak apa yang Sky bilang setelahnya? "Samlekuum.." seluruh Balai Sarbini bergemuruh oleh tawa. Malam yang begitu menyenangkan,

Manyenangkan karena banyak kajutan.
Manyenangkan karena venue unik nan megah.
Manyenangkan karena dikemas dengan teramat menarik.

Terima kasih telah berbagi kesenangan, Koh!

12 komentar:

  1. Baca review ini aja udah bikin ketawa. Pernah sekali nonton Kamga stand up di tipi, materinya seru banget. Wah, ada Sacha ya, jadi pengen nonton acara macam ini langsung deh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hi, kalo di tipi jelas dibatasin, coba nonton Kamga langsung deh, blak-blakannya gak ada yang ngalahin sumpah. Iya ini pertama kalinya Sacha standup, langsung depan ribuan orang dan pecah! Menarik sih dia. Follow akun twitter comic-comic aja atau @StandUpIndo & @KomtungTV buat info standup ya.

      Hapus
  2. Pasti seru banget tuh. Atmosfernya bakalan kuat banget, dan kita pasti akan terhanyut didalemnya. Oh ya, kunjungin blog gue ya.. saling feedback.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Banget, venue-nya asyik juga sih. Makasih udah berkunjung! Siap,

      Hapus
  3. Wah, iri banget. Kemarin berhalangan hadir karena lagi nguber deadline.

    Kayaknya emang ini special show yang konsepnya paling gila-gilaan, nih. Dari sisi set venuenya aja udah gila banget!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah sayang ya. Ini semacam menaikan standar stand-up special di kita juga sih, setelah Pandji dengan Mesakke Bangsaku-nya kali ini Ernest juga ngasih sesuatu yang beda.

      Hapus
  4. Akkk iri sama orang yang bisa nonton stand up live. Reviewnya komplit banget, berasa lagi ikut nonton. Seru banget tuh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo live itu lebih berasa lho, materinya lebih nyampe, emosi comic lebih kerasa, ketawa penonton jg bisa nular. Haha

      Hapus
  5. hahaha kocak. ternyata banyak juga yak komik yang oke2,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Banyak, tapi bukan yg sering masuk2 tv. Hehe

      Hapus
  6. chevrina stand up ?

    ah gila jadi penasaran abis

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yes! Bisa jadi kemaren itu satu-satunya, haha. Semoga masuk dlm DVD-nya.

      Hapus

Terima kasih sudah berkunjung dan baca sampai kalimat ini. Silahkan kembali lagi jika berkenan.