Setelah masa kampanye yang
panjang, akhirnya hari yang kita nantikan tiba juga. Hari yang akan menjadi
sejarah bagi kita semua. Tanggal 9 Juli 2014, hari dimana tuan rumah Brazil
tersingkir dengan skor telak di semi final Piala Dunia.
Adalah Der Panzer yang menjadi biang kekalahan tersebut. Tim yang 12 tahun
lalu justru kalah dari Brazil dalam perebutan juara. Saat itu Jerman menganggap
penyebab kekalahannya adalah ketidakhadiran Michael Ballack karena akumulasi
kartu. Alasan yang serupa sebenarnya dapat pula digunakan Brazil saat ini,
mengingat 2 pemain penting mereka tidak dapat bermain, Neymar dan Thiago Silva.
Anggapan orang-orang bahwa
absennya 2 pemain tersebut mempengaruhi penampilan Brazil memang sangat masuk akal.
Kehilangan Thiago Silva sebagai kapten tim pun pemain bertahan yang cukup
jarang melakukan overlaping dibanding
3 defender lainnya dan Neymar sebagai pusat permainan tim seperti halnya Ronaldo dan
Messi di timnya membuat Brazil bermain layaknya anak sekolahan melawan kakak
kelasnya. Tapi sejak Piala Dunia digelar sebenarnya kita tinggal menunggu saja
momen kekalahan Brazil, sejak awal tim ini tidak mampu meyakinkan kita sebagai
tim tuan rumah yang paling berpeluang meraih gelar juara. Momen itu hampir saja terjadi di babak 16 besar saat menghadapi Cili, bagaimana tendangan Pinilla pada detik-detik akhir perpanjangan waktu hampir saja membuat Selecao menangis lebih awal.
Scolari sebenarnya punya
cara sendiri untuk menambal kehilangan Neymar dan Silva, yaitu dengan memainkan
Bernard dan Dante. Tapi seperti yang kita lihat, baik strategi Scolari maupun
komposisi pemain yang ada memang belum cukup untuk melawan Jerman. Diharapkan
mampu mengatasi para pemain jerman yang berasal dari klub yang sama (Bayern
Munich), sebaliknya Dante malah lebih sering dipecundangi Muller dan Kroos.
David Luiz yang biasanya tampil baik malah membiarkan Muller sendirian saat
terjadi corner kick yang menjadi awal bencana bagi Brazil, mungkin saja ia
keberatan dengan ban kapten dilengannya.
Di semua lini Brazil kalah,
apalagi di sektor depan. Jangan tanyakan tentang kontribusi Fred. Rasanya Pato,
Robinho bahkan Hilton Moreira lebih cocok. Untuk nama terakhir memang terlalu
berlebihan.
Saya penasaran akan suasana
tribun penonton pada pertandingan tersebut. 95 desibel adalah rata-rata tingkat
kebisingan supporter Brazil pada saat melawan Kolumbia dengan tingkat
kebisingan terjadi saat tendangan free kick David Luiz menghujam gawang David Ospina pada angka 110 db, itu sama saja dengan mendengarkan sebuah mesin
pesawat. Sepertinya saat menghadapi Jerman pun supporter Brazil sama bisingnya,
atau malah lebih. Namun bedanya bukan bising karena teriakan, melainkan
tangisan.
Pertandingan sebenarnya
telah usai dimenit ke 29. Tapi hal itu ada baiknya juga ketimbang Brazil kalah
dramatis. Dengan begitu penonton telah siap untuk mendengar peluit akhir. Pada
menit 92, saat wasit meniup peluit panjang penonton tidak terlalu kecawa karena kekecewaan telah dirasakannya
lebih cepat.
Seperti ajaran beberapa
agama bahwa dalam setiap kejadian selalu ada hikmah yang dapat diambil, begitu
juga dengan laga Brazil - Jerman. Meski Brazil kalah, satu hal yang pasti: Brazil tak harus pulang kampung.
0 Komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung dan baca sampai kalimat ini. Silahkan kembali lagi jika berkenan.