Rabu, 28 Mei 2014

Optimisme dari Belakang Zebra Cross

Gue adalah seorang pengendara motor, gue memanfaatkan roda dua ini untuk pergi kemana pun. Eh tapi gak bisa dibilang ‘kemana pun’ juga sih, soalnya dari tempat tidur ke kamar mandi kost gue kan gak perlu naik motor ya? Tapi untuk jarak yang cukup jauh, kayak pulang ke kampung, pergi ke kampus, mantan kampus, dan tempat-tempat lainnya, gue hampir selalu naik motor. Makanya gue hafal banget kelakuan pengendara yang menyebalkan, termasuk kelakuan berkendara gue sendiri.

Kelakuan pengendara yang tidak disiplin berlalu lintas adalah salah satu keresahan yang paling sering gue rasakan. Gue yakin kalian juga merasakan hal yang sama. Dan kita sepakat kalau situasi-situasi pada gambar dibawah ini harus segera lenyap dari lalu lintas di Indonesia:




Tapi beberapa hari kemarin, gue mengalami kejadian yang bikin gue tersenyum sendiri saat berada di belakang zebra cross.

Ditengah perjalanan gue dari Depok menuju Bogor, gue berhenti di sebuah perempatan yang kebetulan saat itu traffic light menunjukan lampu merah sedang menyala. Saat itu gue adalah pengendara pertama yang berhenti dan memutuskan untuk berhenti tepat di belakang zebra cross, karena gue tau dari guru TK bahwa zebra cross adalah tempat penyebrangan bagi pejalan kaki. Pengendara lain juga pasti tau, tapi merasa cukup hanya dengan tau saja. Dan gue juga pernah kesal ketika mau nyebrang melewati zebra cross, tapi zebra cross-nya terisi penuh oleh motor.

Setelah gue berhenti, ada pengendara motor lain yang juga berhenti, dia berhenti tepat di sebelah kanan gue, artinya dia juga berada di belakang zebra cross! Motor ketiga pun datang, dia menghentikan motornya sebelum menyentuh zebra cross! dan berada tepat di sebelah kiri gue. Motor ke-empat, ke-lima, ke-enam, seterusnya berdatangan dan tidak ada satu pun yang berhenti pada zebra cross atau bahkan melebihinya, tidak ada!

Padahal tiap kali gue berada di perempatan itu, gue sering melihat pengendara yang berada jauh di depan zebra cross demi menjadi yang terdepan menjalankan motornya ketika lampu hijau menyala.

Dibalik helm full-face, gue tersenyum, bukan karena bangga jadi orang pertama yang melakukan yang baik, tapi bangga karena ternyata kita bisa disiplin berlalu lintas!

Sering banget gue mendengar ocehan-ocehan orang yang bilang katanya:
“Kita nggak bisa tertib kalau berkendara!”
“Lalu lintas di Indonesia itu jauh banget sama di Singapore!”
“Melihat keadaan lalu lintas yang tertib di indonesia itu cuma mimpi.

Tapi saat itu, gue melihat sendiri bagaimana kita mentaati aturan dengan berhenti tidak melewati zebra cross.

Hal sepele sih memang. Tapi kebiasaan kita melanggar hal kecil membuat hal itu terlihat luar biasa ketika ada yang mentaati.

Dari kejadian itu gue yakin kalau lalu lintas yang aman dan lancar di Indonesia itu bisa tercipta.

Kita butuh orang-orang pertama yang melakukan hal baik. Kejadian tadi mungkin akan berbeda, kalo gue gak berhenti di belakang zebra cross. Begitu juga kalo orang kedua, ketiga dan seterusnya gak melakukan hal yang sama. Kita butuh orang-orang pertama yang melakukan hal baik, tapi tidak hanya satu orang. Kita butuh banyak orang yang melakukan hal baik untuk mempengaruhi banyak orang agar melakukan hal yang sama.

Banyak orang yang bisa menciptakan gerakan berawal dari keresahan.

Turun Tangan, adalah sebuah gerakan yang diinisiasi oleh Mas Anies Baswedan yang melihat anak muda Indonesia bisanya hanya mengeluh, padahal perubahan sebenarnya ada ditangan anak muda. Lalu, mendorong anak muda Indonesia untuk mencari solusi sendiri terhadap masalah yang ada di lingkungannya.

Young On Top, berawal dari keresahan Mas Billy Boen melihat anak muda yang biasa-biasa aja dan berpikir bahwa untuk sukses harus menunggu hingga mendapatkan ijazah. Hingga terciptalah sebuah buku yang berisi tools untuk sukses di usia muda dan program mentorship selama satu tahun, YOTCA.

Cewe Quat, berawal dari keresahan Mbak Bunga Mega yang melihat anak perempuan Indonesia yang loyo, seperti tidak ingin melanjutkan apa yang R.A Kartini capai untuk emansipasi mereka.

Lalu, apa yang bisa kita lakukan untuk menciptakan lalu lintas yang tertib dan pengendara yang disiplin?

14 komentar:

  1. Haha, gue jarang nemu kejadian kayak gitu tapi lucu juga sih kalo sampe ngalamin,, eh, tapi jangan ding :P

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kejadian yg mana nih, yang di belakang atau melewati zebra cross?

      Hapus
  2. zebra cross nya dimana berentinya dimana? -___-

    BalasHapus
  3. Kalo di bali sih untungnya pengendara motor enggak ada yg berhenti lebih dari zebra cross, tp untuk yg suka ugal2an tetep ada sih hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo ugal2an sih susah dihindari, tapi keren lho gak ada yg lewati zebra cross

      Hapus
  4. Saatnya kita bilang alhamdulillah... :')

    BalasHapus
  5. Pernah diklaksonin gara-gara berhenti di belakang zebra cross. Hiks.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah! Karena kebiasaan melanggar, menaati malah terkesan salah ya. Ngeselin.

      Hapus
  6. Kalo di Jogja, dulu ada orang brenti di zebra cross langsung dipotret dan dipermalukan lewat Twitter hahaha :D Tapi sekarang udah jarang yang motret

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dipermalukan di twitter efeknya kerasa banget lho, gapapa sih taat karena takut dibully di twitter. Tapi harusnya yang taat juga diapresiasi sih.

      Hapus
  7. wah.. ketemu juga tulisan seperti ini. dari dulu mau nulis tentang ini, belum terealisasi... :)
    Salam kenal mas...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya hal tersebut emang sangat dekat dengan kita, jadi pasti banyak yg merasakan juga.
      Salam kenal. :)

      Hapus

Terima kasih sudah berkunjung dan baca sampai kalimat ini. Silahkan kembali lagi jika berkenan.