Sabtu, 12 April 2014

Perjalanan

(Tulisan ini bekas ikutan lomba blog #BersamaGaruda-nya @Pandji, tapi gak menang, haha)

Masih inget dulu saat gue kecil, keluarga gue lumayan sering menggunakan kendaraan umum (terutama angkot) untuk berpergian. Entah itu pergi ke kota atau sekedar berkunjung ke rumah saudara. Tapi sebelum masuk SMP, gue lebih sering memanfaatkan ojek daripada angkot, bukan karena naek angkot harus punya ijazah SD tapi gue belum berani aja. Masuk SMP gue baru membiasakan diri naik angkot sendirian, pergi dan pulang sekolah naik kendaraan umum tersebut. Ojek dan angkot udah terbiasa, giliran bis umum yang gue jajal ketika gue SMA. Sumedang menuju Bandung, bis Damri pernah menemani gue. Sampai akhirnya di 2012 gue merasakan juga transportasi udara yang dirasa semua orang paling efektif, pesawat terbang.

Gambar, hasil nyari di Google.

Dari waktu ke waktu, selalu ada peningkatan dalam transportasi yang gue gunakan. Hal yang sama gue temui juga di karya stand-up comedy seorang Pandji Pragiwaksono. Orang Indonesia pertama yang membuat special show bertajuk Bhinneka Tunggal Tawa pada tahun 2011, setahun kemudian keliling Indonesia dalam tur Merdeka Dalam Bercanda, dan terakhir yang paling mengundang kekaguman adalah tur Mesakke Bangsaku, nggak berhenti sampai di sana, pertengahan tahun ini Pandji akan membawa Mesakke Bangsaku-nya dalam 'world tour' ke hadapan WNI di beberapa negara Eropa, Asia dan Australia. Keren, selalu one step ahead.

Miliki target, capailah dan buat target baru. Jangan pernah merasa sampai! — Pandji Pragiwaksono

Ah, terlalu banyak kekaguman gue terhadap cara Pandji berkarya, bahkan kalo tulisan di blog gue ini sedikit kritis dan berbau Indonesia, itu ada pengaruh Pandji di dalamnya.

Kembali ke soal pengalaman pertama gue naik pesawat, kesempatan itu datang dari ajakan tante gue dan beberapa sepupu yang ikut untuk berlibur ke Singapura. Harapan gue sih waktu itu bisa terbang dengan Garuda Indonesia. Alasannya karena Garuda Indonesia selalu memberikan pelayanan yang memuaskan mulai dari saat melakukan reservasi penerbangan, tiba di bandara, menunggu keberangkatan, berada dalam pesawat, hingga setelah melakukan penerbanganBahkan kalo terjadi keterlambatan pun (sayangnya itu jarang terjadi), pemberian makanan yang dilakukan tujuannya memang murni untuk mengganti ketidaknyamanan penumpang, bukan untuk mengalihkan isu dengan memberi makanan yang kurang enak. Dan gue juga gak mau kalah dong sama para pemain Liverpool FC ini:

Gambar, diambil dari sini.

Berperingkat 7 dunia sebagai maskapai penerbangan terbaik dan baru saja mendapat 'World's Best Economy Class 2013', gak heran kalo banyak yang memprioritaskan Garuda Indonesia untuk terbang ke berbagai destinasi. Kenyamanan akan lo dapatkan saat duduk di dalam pesawat, jarak dengan kursi depan yang cukup luas dan monitor yang ada di depan lo akan membuat perjalanan terasa singkat, karena lo bisa nonton film, sekedar dengerin musik, melihat animasi petunjuk keselamatan dan mengetahui informasi penerbangan. Nggak hanya fasilitas in flight entertainment, penumpang juga dimanjakan dengan makanan yang terbilang enak, lengkap, dan Indonesia banget.


Garuda Indonesia gak hanya memberikan kenyamanan saat terbang tapi juga kebanggaan. Menjadi maskapai penerbangan terkemuka di dunia dengan mengangkat citra Indonesia itu visi mereka. Buktinya terlihat dari konsep pelayanannya, ketika masuk pesawat akan tercium keharuman aromatis khas Indonesia, terdengar musik tradisional Indonesia yang unik, dan terlihat seragam para awak kabin dengan motif batik, kurang Indonesia gimana coba. Orang Indonesia itu dikenal dengan keramahannya, dan keramahtamahan itulah yang ingin Garuda Indonesia kembalikan seiring dengan memudarnya karakter tersebut. Keren..



Turun di Bandara Changi, Singapura itu adalah pijakan pertama gue di negara orang. Menginap gak jauh dari Orchad Road membuat gue ketagihan keluyuran di sepanjang jalan itu.


Universal Studio adalah tujuan pertama kita, dan jelas, setelah dari sana gue gak mungkin pulang dengan tanpa foto di sini:

Harusnya sebelum berangkat gue potong rambut dulu.

Sepulang dari Singapura gue jadi punya wawasan tentang negara lain. Dan semoga wawasan itu bertambah setelah dapat kesempatan dari Garuda Indonesia dan Pandji (ceritanya ini menjilat) hehe. Sebagai orang yang pertama kali pergi ke Singapura, tentunya gue akan pulang dengan foto berikut ini:

Jangan lupa posenya yang seperti ini, atau sejenisnya.

Sama halnya dengan Garuda Indonesia, gue rasa Pandji pun selalu mencari titik temu antara idealis dan komersil dalam berkarya. Penekanan karya dia lebih ke daleman dibanding luaran. Kalo gue diberi pertanyaan "Apa hal yang sama dari Pandji dan Garuda Indonesia", cukup gue jawab dengan satu kata: Indonesia. Mungkin itu juga yang melatarbelakangi garuda Indonesia untuk mensponsori world tour-nya Pandji. World tour yang bakal dilakukan Pandji sebenarnya mulai tercium sejak Nusantawa di Sydney beberapa waktu lalu, entah kenapa gue merasa kuis twitter @Pandji yang gue menangkan sebelumnya, ada hubungannya dengan Nusantawa ini.

Gue bersyukur orang-orang yang menghidupkan stand-up comedy Indonesia adalah mereka yang concern terhadap politik, Pandji, Ernest, Adriano, Sammy, Pangeran, karena mereka, gue yang semulanya apatis tergerak untuk lebih peduli sama politik, lebih peka terhadap kejadian-kejadian di sekitar, terbuka dan provokatif proaktif.

0 Komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung dan baca sampai kalimat ini. Silahkan kembali lagi jika berkenan.