Sebelumnya kalo belum tau apa itu
MRCA mending baca dulu disini dan gue akan pastikan dulu bahwa di postingan ini
gue gak akan jadi spoiler untuk seleksi batch-batch selanjutnya. Cukup gue aja
yang tau harus ngapain di seleksi batch 3 nanti. Karena ternyata, hasilnya gue
nggak lolos. Tapi dari 3000 pendaftar, masuk 200 besar adalah kabar baik untuk
orang kacrut kayak gue ini.
Gue datang telat, waktu itu.
Alasannya karena waktu dimulainya acara sama dengan waktu selesainya UTS di
kampus. Belum lagi jalanan macet dan gue hanya bermodal GPS menuju Central
Park. Sampai tiba di dalam Central Park pun gue nyasar. Sial, arsitek Central
Park itu maunya apa sih?!
Datang setelah makan siang membuat
gue merasa ketinggalan untuk meyakinkan kalo gue berhak lolos MRCA depan Merry
Riana dibanding peserta lain yang datang tepat waktu. Alhasil, saat Miss Merry nanya
“Siapa disini yang merasa punya skill unik yang tidak peserta lain miliki?” Gue
pun naik ke stage dengan segera:
(foto diambil oleh Jojo-alumni batch1 dan founder inspiratorfreak.com) |
Bukan nyanyi yang gue lakukan
waktu itu, bukan juga breakdance. Gue bilang ke Miss Merry kalo gue cuma mau
bercerita (padahal standup). Gue bilang “Nama saya Rifaldi, saya adalah
mahasiswa Gunadarma. Tapi sebelumnya saya pernah kuliah di IPB. Saya hanya
butuh waktu 1 tahun untuk lulus dari IPB”, peserta yang lain terlihat kagum,
lalu gue tambahkan “Tapi tanpa IJAZAH! Karena saya ngundurin diri”. Terdengar
beberapa orang tertawa, tapi itu gak penting, yang penting adalah Miss Merry
Riana juga ketawa. Hihihi dan beberapa bit tentang IPB juga gue sampaikan.
Jadi jelas kan kenapa Merry Riana
nggak meloloskan gue? Mungkin secara gak langsung dia bilang “Mending kamu
masuk SUCI aja sana!” Hehehe Seenggaknya sebelum standup depan Om Indro dan
Raditya Dika, gue pernah standup depan Merry Riana.
Secara umum, yang lo butuhkan
saat seleksi tahap akhir ini adalah NGOMONG. Pubic speaking dan mental akan
sangat membantu lo untuk lolos. Mungkin untuk yang terbiasa ngomong di depan
umum, seleksi ini adalah hal yang sangat ringan buat dia. Begitu juga untuk
orang bermental baja alias gak malu-malu (atau juga gak tau malu), karena dia
akan dengan PD-nya berbicara depan Miss Merry dan yang lainnya, itu bagus.
Apalagi yang punya keduanya (public speaking dan mental), kemungkinan lolos
akan makin besar.
Gue heran, kebanyakan dari 200 peserta tahap akhir ini pada berteriak “Saya ingin jadi The Next Merry Riana”. Jujur gue sih nggak mau, ya bayangin aja masa gue harus pake rok kaya Miss Merry. Haha jayus ya gue. Tapi serius deh, gue gak atau apakah maksud dari The Next Miss Merry itu artinya pengen mirip dia, atau sebatas ingin sesukses dia. Kalo pengen mirip dia, mending pikir-pikir lagi deh ya. Karena lo nggak mungkin bisa lebih Merry Riana daripada Miss Merry-nya sendiri.
Tapi yang gue salut dari ke-200
peserta itu adalah semangat dan antusiasnya. Gila kalo suasana kelas kuliah gue
diisi mereka2, bakal cepet berkembang gue. Bahkan setelah selesai acara pun
mereka ingin tetap berkomunikasi. Makanya ada grup yang sengaja dibikin di
berbagai sosmed untuk mengumpulkan kita. Karena kita yakin bahwa kita adalah
orang-orang terpilih yang akan menjadi hebat kalo mau bergerak bersama.
Beberapa hal yang bisa gue petik dari mereka adalah:
- Mereka sangat semangat dan antusias
- Mereka optimis menjadi 60 orang yang terpilih
- Tapi, Mereka siap kalo seandainya nggak terpilih
- Mereka percaya kalo lingkungan itu menentukan karakter dirinya
- Mereka nggak nunggu peluang, tapi menciptakannya
Beberapa tweet finalis yang
memperlihatkan antusiasme mereka:
Makasih miss @MerryRiana telah mempertemukan kami all candidates of MRCA Batch 2. It will be a great community \☺/
— Eka Fitriyani (@EKAFpreneur) 18 Desember 2013
Terimakasih miss @MerryRiana Dan #MRCA telah mengenalkan saya dengan 200 pemuda Indonesia yang hebat2 :D
— Aidaa (@aida_yasifa) 18 Desember 2013
Dan ini tweet saya:
Liat beberapa video Merry Riana... gila, makin antusias buat besok! Semoga yang mau diomongin gak nyangkut di tenggorokan.
— rifaldi fathurrohman (@rifaldifath) 16 Desember 2013
Dan FYI, doi aslinya pasti cantik. Ngehehe~
— rifaldi fathurrohman (@rifaldifath) 16 Desember 2013
Tapi, bukan berarti elo yang gak
masuk atau nggak ikut event ini adalah bukan orang hebat. Bisa aja saking
hebatnya elo, acara MRCA ini lo anggap bukan level elo. Karena kita finalis
MRCA2 pun merasa biasa-biasa aja, tapi
kita punya keinginan. Makanya kita mau nyari kesempatan, bukan terus nunggu
kesempatan itu datang. Gak semua yang masuk tahap akhir itu mahasiswa pinter
kok, buktinya gue aja masuk.
Gue salut sama Miss Merry Riana.
Di akhir acara, setelah hampir seharian berbicara, dia masih menyanggupi saat
diminta untuk foto bareng dan ngasih tanda tangan. Hampir semua finalis
memintanya. Gue juga kepikiran sih buat foto bareng, tapi selain kasian sama
Miss Merry yang gue liat udah kecapean, gue juga berpikir “foto itu untuk apa?”
paling cuma buat nunjukin kalo gue udah ikut acara ini dan gue udah ketemu
langsung Merry Riana. Gue mencoba menghindar dari sifat pamer kayak gitu sih.
Lagian denger omongan Merry Riana aja udah bikin gue termotivasi kok.
Gue yakin kok kalo untuk jadi
orang hebat itu gak harus masuk MRCA. Karena finalis kemarin aja ada yang gak
tau kaidah follow-memfollow di twitter, karena dia masih minta follback. Hahaha
0 Komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung dan baca sampai kalimat ini. Silahkan kembali lagi jika berkenan.