Senin, 06 Januari 2014

Catatan Seleksi Tahap Akhir MRCA Batch2

Sebelumnya kalo belum tau apa itu MRCA mending baca dulu disini dan gue akan pastikan dulu bahwa di postingan ini gue gak akan jadi spoiler untuk seleksi batch-batch selanjutnya. Cukup gue aja yang tau harus ngapain di seleksi batch 3 nanti. Karena ternyata, hasilnya gue nggak lolos. Tapi dari 3000 pendaftar, masuk 200 besar adalah kabar baik untuk orang kacrut kayak gue ini.


Gue datang telat, waktu itu. Alasannya karena waktu dimulainya acara sama dengan waktu selesainya UTS di kampus. Belum lagi jalanan macet dan gue hanya bermodal GPS menuju Central Park. Sampai tiba di dalam Central Park pun gue nyasar. Sial, arsitek Central Park itu maunya apa sih?!

Datang setelah makan siang membuat gue merasa ketinggalan untuk meyakinkan kalo gue berhak lolos MRCA depan Merry Riana dibanding peserta lain yang datang tepat waktu. Alhasil, saat Miss Merry nanya “Siapa disini yang merasa punya skill unik yang tidak peserta lain miliki?” Gue pun naik ke stage dengan segera:
(foto diambil oleh Jojo-alumni batch1 dan founder inspiratorfreak.com)
Bukan nyanyi yang gue lakukan waktu itu, bukan juga breakdance. Gue bilang ke Miss Merry kalo gue cuma mau bercerita (padahal standup). Gue bilang “Nama saya Rifaldi, saya adalah mahasiswa Gunadarma. Tapi sebelumnya saya pernah kuliah di IPB. Saya hanya butuh waktu 1 tahun untuk lulus dari IPB”, peserta yang lain terlihat kagum, lalu gue tambahkan “Tapi tanpa IJAZAH! Karena saya ngundurin diri”. Terdengar beberapa orang tertawa, tapi itu gak penting, yang penting adalah Miss Merry Riana juga ketawa. Hihihi dan beberapa bit tentang IPB juga gue sampaikan.

Jadi jelas kan kenapa Merry Riana nggak meloloskan gue? Mungkin secara gak langsung dia bilang “Mending kamu masuk SUCI aja sana!” Hehehe Seenggaknya sebelum standup depan Om Indro dan Raditya Dika, gue pernah standup depan Merry Riana.

Secara umum, yang lo butuhkan saat seleksi tahap akhir ini adalah NGOMONG. Pubic speaking dan mental akan sangat membantu lo untuk lolos. Mungkin untuk yang terbiasa ngomong di depan umum, seleksi ini adalah hal yang sangat ringan buat dia. Begitu juga untuk orang bermental baja alias gak malu-malu (atau juga gak tau malu), karena dia akan dengan PD-nya berbicara depan Miss Merry dan yang lainnya, itu bagus. Apalagi yang punya keduanya (public speaking dan mental), kemungkinan lolos akan makin besar.

Gue heran, kebanyakan dari 200 peserta tahap akhir ini pada berteriak “Saya ingin jadi The Next Merry Riana”. Jujur gue sih nggak mau, ya bayangin aja masa gue harus pake rok kaya Miss Merry. Haha jayus ya gue. Tapi serius deh, gue gak atau apakah maksud dari The Next Miss Merry itu artinya pengen mirip dia, atau sebatas ingin sesukses dia. Kalo pengen mirip dia, mending pikir-pikir lagi deh ya. Karena lo nggak mungkin bisa lebih Merry Riana daripada Miss Merry-nya sendiri.

Tapi yang gue salut dari ke-200 peserta itu adalah semangat dan antusiasnya. Gila kalo suasana kelas kuliah gue diisi mereka2, bakal cepet berkembang gue. Bahkan setelah selesai acara pun mereka ingin tetap berkomunikasi. Makanya ada grup yang sengaja dibikin di berbagai sosmed untuk mengumpulkan kita. Karena kita yakin bahwa kita adalah orang-orang terpilih yang akan menjadi hebat kalo mau bergerak bersama. Beberapa hal yang bisa gue petik dari mereka adalah:

  • Mereka sangat semangat dan antusias
  • Mereka optimis menjadi 60 orang yang terpilih
  • Tapi, Mereka siap kalo seandainya nggak terpilih
  • Mereka percaya kalo lingkungan itu menentukan karakter dirinya
  • Mereka nggak nunggu peluang, tapi menciptakannya

Beberapa tweet finalis yang memperlihatkan antusiasme mereka:

Dan ini tweet saya:


Tapi, bukan berarti elo yang gak masuk atau nggak ikut event ini adalah bukan orang hebat. Bisa aja saking hebatnya elo, acara MRCA ini lo anggap bukan level elo. Karena kita finalis MRCA2 pun merasa biasa-biasa aja,  tapi kita punya keinginan. Makanya kita mau nyari kesempatan, bukan terus nunggu kesempatan itu datang. Gak semua yang masuk tahap akhir itu mahasiswa pinter kok, buktinya gue aja masuk.

Gue salut sama Miss Merry Riana. Di akhir acara, setelah hampir seharian berbicara, dia masih menyanggupi saat diminta untuk foto bareng dan ngasih tanda tangan. Hampir semua finalis memintanya. Gue juga kepikiran sih buat foto bareng, tapi selain kasian sama Miss Merry yang gue liat udah kecapean, gue juga berpikir “foto itu untuk apa?” paling cuma buat nunjukin kalo gue udah ikut acara ini dan gue udah ketemu langsung Merry Riana. Gue mencoba menghindar dari sifat pamer kayak gitu sih. Lagian denger omongan Merry Riana aja udah bikin gue termotivasi kok.

Gue yakin kok kalo untuk jadi orang hebat itu gak harus masuk MRCA. Karena finalis kemarin aja ada yang gak tau kaidah follow-memfollow di twitter, karena dia masih minta follback. Hahaha

0 Komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung dan baca sampai kalimat ini. Silahkan kembali lagi jika berkenan.