Beda. Ada yang berbeda pada
postingan kali ini. Sekarang yang punya blog ini udah jadi seorang mahasiswa. Dulu,
kalo ke sekolah masih pake seragam. Sekarang udah bebas mau pake apa aja, bikini
atau bugil sekalipun (catatan: efek ditanggung sendiri). Dulu, tiap senin pagi harus
berdiri panas-panasan di lapang buat upacara bendera. Sekarang, tinggal nunggu buat
ngadain upacara pernikahan. Dulu, masih jomblo. Sekarang, udah.... makin akut jomblonya.
Oh yang ini tetep.
Dari namanya aja udah beda.
Dulu siswa, sekarang pake "maha" di depannya. Dan buat saya,
ngedapetin tittle "mahasiswa" itu gak semudah ngejawab soal kalkulus Pkn
SD. Butuh air zam-zam mata dan keringat untuk mencapainya.
Masuk PTN itu impian sebagian besar anak SMA Kelas 3, apa lagi kalo masuk PTN
favorit. Ada kebanggaan tersendiri yang didapet, baik buat kita pribadi juga keluarga
kita.
- Perencanaan Wilayah dan Kota - UGM
- Perencanaan Wilayah dan Kota - UNDIP
- Arsitektur Lenskap - IPB
Alasannya, basic saya matematika dan gambar. Bukan jago
sih, tapi saya suka ngitung dan ngegambar. Karena suka bukan berarti jago, tapi
kemungkinan untuk menjadi ‘jago’nya besar karena diawali dari suka. Dan kenapa pilihannya
PWK atau Planologi? Nggak arsitekur? Saya punya keinginan untuk merubah kota di
Indonesia menjadi kota urban yang bener-bener rapi dan teratur, gak terkesan dipaksakan
kayak sekarang. Keinginan itu muncul mungkin setelah melihat keadaan kota di
Singapura, yang sangat jauh berbeda dari kota di Indonesia.
Dari rangkaian SNMPTN
(Undangan dan Tulis) gak ada satu pun yang tembus. Oke, mungkin pembalutnya emang
bagus.
Sedih! Kecewa! Panik!!!
Disaat temen-temen udah
mulai persiapan buat ospek, saya masih jauh banget buat mikirin hal itu. Kampus
aja belum dapet! Plan terakhir pun dirancang. Bikin list jurusan yang diminati, bikin list Perguruan Tinggi Negeri yang
ngadain Ujian Mandiri sampe bikin list Perguruan
Tinggi Swasta yang bias diandalkan untuk dikuliahi.
Berikut coretan-coretan galau
saya tentang jalan menuju perkuliahan...
Setelah melihat,
meneliti, menilai, menimbang, memeluk, mencium.
Akhirnya memutuskan...
IPB dengan melalui jalur
Ujian Talenta Mandiri adalah pilihan terakhir saya dengan jurusan yang dipilih
:1). Arsitektur Lanskap dan 2). Matematika.
Dengan pertimbangan:
[BOGOR]
- Kota yang saya rencanakan untuk ditempati di masa depan.
- Deket kota metropolitan dan pusat pemerintahan (Jakarta).
- Masih di wilayah Jawa Barat yang ber-aksen-kan SUNDA.
- Ada rumah uwa yang strategis banget di pusat kota Bogor.
- Bupatinya punya banyak istri. (baca: bisa belajar jadi playboy).
- Masuk top4 PTN terbaik se-Indonesia.
- Satu-satunya Perguruan Tinggi bebasis Pertanian. Siapa tau bisa jadi petani urban, terus di jalan tol bisa nanem padi misalnya.
- Wilayah kampusnya sejuk dan
dikelilingi hutan.
Jadi banyak tempat buat mojok/pacaran. - Uwa saya salah atu alumnus yang sukses. Jadi punya rolemodel.
[Math]
- Pelajaran yang saya sukai dan cintai ketika SD dan SMP.
- SMA? Agak benci,
gara-gara dia selingkuh dengan teman saya sendiri. - Bisa mematangkan logika berpikir saya. Supaya bisa disukai Agnes karena cinta saya ke dia selalu pake logika.
- Aktuaris! Salah satu profesi yang menggiurkan.
[Arsitektur Lanskap]
- Masih ada hubungannya sama PWK/Planologi. Walaupun gak bener-bener ngerti sama jurusan ini.
- Masihada kata “arsitektur” walaupundiikuti “lanskap”. Walaupun gak tau apa itu lanskap.
Hasilnya...
Saya sama keluarga melihat
bareng hasil itu.
Uzi (adeksaya) : “A,
masuk matematika!”
Bapak : “Ah, mana zi mana?!”
Mamah : “Wah, iya masuk tuh,
pa!”
Bapak: “Alhamdilillah ya
Allah”
Mereka bersyukur, berpelukan, bahagia, dan terharu..
Saya berpikir..
“Matematika... dulu sih iya, sempet suka. Tapi sekarang?...
apa saya bisa CLBK lagi sama dia. Apa saya bisa bener kuliah di jurusan ini?...
Apa saya gak bakalan buang-buang duit dan uang di jurusan ini?... Apa saya bisa membuat nyata mimpi saya dengan jurusan ini?... Matematika...”
Saya belum merasakan hal
yang sama seperti apa yang Mamah, Bapak dan Adek saya rasakan. Saya belum yakin
dengan jurusan ini.
Tapi setelah berpikir panjang
(munkin keturunan arab atau abis dari Mak Erot) dan konsultasi sama teh Karlina
Sari (Mantan mahasiswa statistika Unpad yang banting stir ke Ekonomi Unpad dan
lulus S2 di Nagoya University, Jepang) saya dapet masukan:
Ini adalah kesempatan. Manfaatkan dan hadapi dulu apa yang ada didepan! Jangan bilang “no” sebelum “try”!
Kalo saya mencintai matematika,
matematika pun akan mencintai saya. Akhirnya
kami saling mencintai, saya melamarnya dan kemudian berumah tangga. (Apaansih?!)
Hehe tadinya mau nutup tulisan
ini dengan closing yang indah. Tapi ya sudahlah, dengan ini saya menyatakan bahwa:
Saya adalah mahasiswow jurusan
matematikacrut!
Eh, ntar dulu! Kenapa ‘Mahasiswow’ dan ‘Matematikacrut’?
Kalo ‘Mahasiswa’ itu normal, terlalu manistream.
Kalo ‘Mahasisa’ itu Mahasiswa yang gak kelar-kelar (versinya
@indrawidjaya)
Kalo ‘Mahasiswow’ (versi saya) itu Mahasiswa yang nggak biasa.
Sedangkan ‘Matematikacrut’, ya Matematika yang nggak biasa.
Udah. Gitu ajah.
0 Komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung dan baca sampai kalimat ini. Silahkan kembali lagi jika berkenan.